Kamis, 28 Juli 2011

Youth Day; A Celebration

Saya mau berbagi sedikit pengalaman saya bersama PKBI dan IPPF sebagai organisasi internasionalnya. Di awal saya bergabung dengan organisasi ini, banyak orang yang bertanya: ngapain sih remaja ikut sibuk mengurus masalah KB? Itu kan untuk mereka yang sudah berumah tangga, atau buat mereka yang memang sudah saatnya membina keluarga baru? Ini masalahnya, seringkali orang melihat suatu hal hanya dari persepsi mereka, dan kita, tanpa cek ‘n ricek lagi, terima begitu aja. Bisa jadi mereka lupa kalau kehidupan berkeluarga yang bahagia itu justru mulai direncanakan sejak remaja, sejak seorang anak mendapat menstruasi atau mimpi basahnya. Kita semua berhak mendapat informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas, justru supaya kita bisa melindungi diri dari semua perilaku yang tidak atau kurang baik. Untuk apa? Tentu saja supaya kita tetap sehat secara lahir, batin dan sosial sampai saatnya kita siap membina kehidupan berumah tangga.

Pemberian informasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan remaja inilah yang sebenarnya kita lakukan di youth center. Sudah ada banyak kasus dan contoh dari kehidupan kita sehari-hari bagaimana seorang remaja kehilangan masa depannya hanya karena dirinya tidak mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri sendiri dan untuk menjaga orang-orang di sekitarnya. Misalnya kasus-kasus kehamilan remaja yang tentu saja tidak diinginkan, remaja aborsi, Over Dosis, HIV/AIDS, pelecehan seksual dan masih banyak hal lainnya. Inikah potret remaja saat ini? Serba kebingungan?

IPPF (International Planned Parenthood Federation) dengan PKBI sebagai salah satu anggotanya, sadar betul adanya ancaman besar tehadap remaja. Contoh kasus-kasus yang disebut di atas tadi, sebagian besar dialami oleh remaja. Mulailah muncul kepedulian terhadap remaja. Peduli remaja sebagai partner, pelaku dan target group dari semua kegiatan yang diselenggarakan. Sebagai partner, IPPF sudah mengakui keberadaan youth parliament sebagai members assembly di Prague, November 1998, untuk duduk bersama para orang dewasa, berdebat, berbagi ide dan pengalaman, untuk kemudian menghasilkan suatu Youth Manifesto – sebuah plan of action bagi IPPF dan pengembangan strategi lima-tahunan oleh remaja itu sendiri.

Ada dua hal yang mendasar bagi IPPF terhadap eksistensi remaja, yaitu kerjasama remaja-dewasa untuk memastikan remaja memperoleh informasi yang dibutuhkannya; dan memastikan remaja bisa berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan sosialnya. Menjadi youth member dalam lingkungan IPPF dan PKBI memberi kebanggaan tersendiri bagi saya pribadi. Keberadaan youth manifesto telah menjamin hak saya dan teman-teman saya lainnya diseluruh dunia untuk mendapat informasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan remaja. Youth manifesto adalah program atau kebijakan internasional yang dibuat dari, oleh dan untuk remaja.
Itu salah satu bentuk kepedulian IPPF dan juga PKBI. Tapi ini belum selesai lho. Sebagai organisasi swadaya masyarakat, IPPF jelas punya struktur organisasi yang berjenjang, mulai dari PKBI sebagai salah satu member, tingkat regional sampai internasional. Keberadaan youth member dalam organisasi IPPF bukan hanya dalam bentuk youth manifesto, tapi juga dalam setiap level strukturalnya. Sejak 1998, IPPF mewajibkan anggota Governing Council-nya terdiri atas 20% youth representatives. Governing Council (sering disingkat sebagai GC) itu adalah badan tertinggi IPPF tempat semua kebijakan IPPF dibahas, wadah IPPF menetukan strateginya, dan juga wadah tempat pengambilan keputusan tertinggi dalam lingkup organisasi IPPF ini. Coba deh bayangkan, kita-kita yang remaja ini, diikutsertakan di dalamnya! Jelas aja kita-kita bangga banget. Ternyata suara kita juga ikut didengar. Nggak gampang lho, mendapat kepercayaan untuk bisa ikut menentukan kebijakannya IPPF!  

Lalu bagaimana peran remaja sebagai pelaku program? Percaya nggak percaya, PKBI sudah punya 28 youth center di seluruh negeri ini. Lebih hebat lagi, remajalah yang punya andil paling besar dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan di youth center. Sebut aja deh, mulai dari identifikasi bentuk program, strategi efektif untuk penjangkauan target group, sampai implementasi programnya, semua dikerjakan oleh remaja. Hebat, kan? Coba deh teman-teman main ke youth center yang ada di kota kamu, teman-teman pasti menjumpai orang-orang yang sebagian besarnya memang remaja seusia kita-kita. Itulah hebatnya remaja. Kalau kita memang bisa memanfaatkan kesempatan dan punya ruang yang cukup bebas untuk berkembang, jangan pernah deh menyia-nyiakannya. Tentu saja kita juga nggak bisa lepas sepenuhnya dari peran orang-orang dewasa. Kegiatan teman-teman di youth center PKBI ini cukup membuktikan kalau kita mau, kita pasti bisa memberi yang terbaik. Betul, kan? 

Bisa jadi uraian diatas tadi hanya salah satu contoh bagaimana remaja bisa berperan dan berpartisipasi lebih baik dalam lingkup organisasi dan bisa menjadi bagian dari kehidupan dunia. Temen-temen pasti punya banyak cerita lain soal keterlibatan temen-temen dalam masyarakat dan lingkungan sosial. Tapi guys, apapun bentuknya, yang terbaik bagi diri kita tetap menjadi diri kita sendiri, dengan semua pilihan kita dan resiko yang menyertai pilihan-pilihan itu yang pasti juga sebenarnya banyak kesempatan bagi kamu untuk bisa jadi remaja yang produktif. Nah, tanggal 12 Agustus nanti, kenapa nggak kita isi dengan sebuah perayaan kecil atas apa yang telah dan apa yang akan kita lakukan ke depan nanti. Mulai deh isi hidup kamu dengan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang-orang disekitar kamu, apapun bentuknya.
So.. prepare yourself to have a very nice youth day..J   


***Roellya Ardhyaning Tyas
***(relawan Mitra Citra Remaja PKBI Jabar)


{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk menambah tinggi badan , klik link di bawah ini......}
Sumber : www.gelombangotak.com/menambah_tinggi_badan.htm

Label: , , ,

TIDAK SEMUA KEHAMILAN DIKEHENDAKI

Tidak semua kehamilan dikehendaki, terutama kalau itu terjadi pada remaja yang masih sekolah (SMP, SMA). Disebutkan bahwa di Afrika dan Amerika Latin, 20-60% dari kehamilan pada remaja di bawah 20 tahun adalah tidak dikehendaki (Kompas, 4 Maret 2001) . Mengapa remaja lebih sering mengalami kehamilan tidak dikehendaki (KTD) ? Jawabannya akan sangat klise, “Karena enggak siap!”. Secara fisik, remaja sedang mengalami perkembangan tubuh sehingga belum sampai pada kondisi 'puncak' siap untuk melahirkan. Data menyebutkan bahwa risiko kematian pada perempuan yang hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun , 2 sampai 5 kali lebih besar daripada mereka yang berusia 20-29 tahun. Sementara secara psikis, belum siap mental menjadi ortu, karena remaja sedang dalam proses 'sibuk dengan dirinya sendiri', lalu bagaimana harus memberi perhatian optimal pada anak ? Kalau secara ekonomi, kayaknya cukup jelas, remaja yang masih sekolah sebagaian besar belum mandiri, bahkan sering memperpanjang masa disokong ortu sampai lulus SMA atau kuliah.

Cuman kenyataannya, banyak sekali kasus kehamilan tidak diinginkan pada remaja. Sayangnya  enggak ada data paten tentang jumlahnya, tapi pasti kamu pernah denger atau punya temen yang mengalami persoalan kayak gini khan?. Jadi, bisa dibayangin sendiri berapa banyak jumlahnya. Lalu kenapa sih kok sampai bisa hamil ? Data konseling kehamilan remaja di PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) menggambarkan tiga alasan yang paling sering muncul dari cerita para remaja. Pertama, hubungan seksual (HUS) yang pertama itu sama sekali nggak direncanakan . Jadi sebenarnya dia nggak siap melakukannya.  Tahu-tahu udah kejadian atau enggak bisa menahan diri.  Hal kayak gini sering diungkapkan oleh mereka. Akibatnya kalau terjadi kehamilan, kehamilannya pun tidak direncanakan. Hal ini terjadi akibat keengganan atau males untuk mengambil keputusan tentang perilaku seksual sebelumnya. Maksudnya, kalau sejak awal sudah males mikirin mau pacaran dengan gaya yang seperti apa ? (mau yang horror horror atau yang aman aman dan sehat?),  mau mengambil risiko sebesar apa, atau apakah sudah menimbang nilai-nilai sekeliling ? sering ujung-ujungnya kecelakaan seperti ini. Biasanya situasi ini terjadi pada remaja yang takut menghadapi konflik dan risiko, pemecahan masalah dipikirkan belakangan kalau memang benar-benar terjadi kehamilan. yang lebih gawat lagi, kalau sebenarnya sejak awalpun hubungan seksual itu juga enggak dia inginkan, tapi nggak berani nolak ajakan pacar, akhirnya kejadian, dan resikonya ya itu tadi : HAMIL….

Kedua, rendahnya pengetahuan seksual. Mulai dari ketidaktahuan tentang seksualitas sampai tidak tahu dimana harus bertanya dan mendapatkan bantuan yang terpercaya. Sebagai contoh, banyak banget remaja yang percaya pada mitos-mitos seksualitas seperti: satu kali HUS tidak akan hamil, sesudah HUS , vagina dicuci atau loncat-loncat biar nggak terjadi pembuahan, minum pil tuntas untuk menggugurkan kehamilan. Padahal semua mitos itu salah adanya. Bahkan yang lebih tragis, ada beberapa remaja perempuan yang tidak tahu bahwa 'itulah yang dinamakan HUS' sampai kemudian hamil. Ada juga remaja yang sudah sadar banget bahwa mereka seksual aktif dan tahu bahayanya kalau HUS tanpa pengaman. Mereka berusaha mencari alat pengaman tapi sulit didapatkan, entah karena malu, mahal, atau sulit menjangkaunya. Akibatnya sekali lagi : KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN.

Ketiga, Lagi-lagi persoalan laki-laki-perempuan. Banyak remaja perempuan yang mengaku tidak menginginkan HUS-nya yang pertama, tapi tidak mampu menolak keinginan pacar, atau remaja perempuan yang sudah bersedia melakukan HUS aman tapi ditolak oleh pasangan, dengan berbagai alasan seperti : “Memangnya loe nggak percaya sama gue ?”, “pasti nggak bakalan hamil, deh !” “Nggak mau pake itu ah, rasanya tidak alamiah!” .dll.  Biasanya, alasan ketiga ini menyebabkan KTD yang dialami oleh remaja perempuan akan lebih sulit diterima, karena sejak awal mereka sudah khawatir dan tidak menginginkannya.

KTD yang dialami oleh remaja yang masih sekolah sungguh sangat besar risikonya. Selain risiko di atas, risiko lain sudah menanti. Seperti, dikeluarkan dari sekolah, menikah muda –meskipun tidak siap, atau menggugurkan kandungan. Untuk menghindarkan diri dari aib karena harus keluar sekolah biasanya keluarga memilih untuk menikahkan , mengungsikan sementara sampai  melahirkan, dimana anak yang dilahirkan bisa dipelihara oleh ortu atau diserahkan pada yayasan pemelihara bayi/yatim piatu, atau melakukan aborsi, secara aman maupun tidak. Kalau dilihat dari data WHO di seluruh dunia sepertiga dari perempuan yang aborsi berusia dibawah 20 tahun. Sementara kematian akibat aborsi yang tidak aman (tidak memenuhi standar kesehatan) tiap tahunnya adalah 70.000-200.000. Ngeri kan. Padahal sering kali pilihan aborsi diambil untuk menghindari tekanan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Risiko terberat akhirnya ditanggung oleh remaja perempuan. Begitu dia hamil, dia tidak berhak mengambil keputusan. Keputusan tentang kehamilannya ditentukan oleh ortu, guru, atau pacar. Nggak bisa menolak menikah, nggak bisa menolak untuk dikeluarkan dari sekolah, ataupun menolak untuk melakukan aborsi.

Lalu gimana sih , kalau udah kejadian hamil. Apa yang seharusnya dilakukan oleh kita semua ?
Sanksi mengeluarkan siswi yang hamil, harus ditiadakan. karena adalah hak setiap warga untuk mendapatkan pendidikan. Sebenarnya juga nggak ada Undang-undang yang mengatakan bahwa siswi yang hamil atau punya anak nggak boleh sekolah lagi. Aturan itu muncul karena norma sosial "tidak boleh HUS sebelum nikah". Sekolah merasa malu ,kalau didapati siswinya hamil, sehingga mengeluarkan si siswi menjadi jalan keluarnya. Idealnya perlu diberlakukan kesempatan cuti sampai melahirkan atau disediakan sekolah khusus bagi ibu yang sedang hamil dan punya bayi, sehingga mereka punya kesempatan untuk tetap menuntut ilmu sambil memelihara anak. beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat punya model semacam ini. Tentunya aturan ini harus dibarengi dengan pendidikan untuk masyarakat. Gimana masyarakat tidak menghukum dan membantu remaja yang mengalami KTD. Teramat penting juga adalah memberikan pendidikan seksual buat remaja, terbukti pendidikan seksual tidak hanya ngasih pengetahuan tentang tubuh tetapi juga membantu remaja untuk mengambil keputusan yang tepat tentang perilaku seksualnya.


{ Dapatkan DVD terapi gelombang otak untuk mengatasi gangguan tidur , klik link di bawah ini....} 
Sumber : www.gelombangotak.com/mengatasi_gangguan_tidur.htm

Label: , , ,

Rabu, 27 Juli 2011

Eh, Si "Adik" Berdiri Sendiri..

Di masa puber, hormon-hormon seksual berkembang dengan pesat. Perkembangan hormon seksual ini membuat kita menjadi sangat mudah terangsang secara seksual. Pada laki-laki, dorongan seks yang muncul akan menyebabkan sebuah reaksi berupa mengerasnya penis. Reaksi ini dikenal dengan istilah ereksi. Namun demikian, karena belum stabilnya hormon di tubuh kita, ereksi bisa muncul tanpa adanya rangsangan seksual. Kondisi yang seringkali muncul secara tak terduga ini bisa membuat cowok-cowok salah tingkah dan kebingungan menyembunyikan tonjolan di celana gara-gara ereksi tadi. Sebetulnya apa sih ereksi itu, dan bagaimana bisa terjadi? Yuk, kita simak tanya jawab seputar ereksi berikut ini.

 Apakah ereksi itu?
 
Ereksi merupakan pengerasan dan pembesaran pada penis yang terjadi ketika pembuluh darah di penis dipenuhi dengan darah. Keadaan penis berereksi ini pada hakekatnya diperlukan cowok untuk melakukan hubungan seksual. Pada saat penis berereksi, otot-otot di dasar kandung kemih akan menjadi lebih rapat, sehingga cowok tidak akan mengeluarkan air seni/kencing pada saat ia melakukan hubungan seksual. Ereksi dapat hilang dengan sendirinya atau dengan terjadinya ejakulasi, yaitu keluarnya air mani dari uretra, baik karena hubungan seksual dengan pasangan, masturbasi, maupun mimpi basah (ejakulasi di malam hari saat ia sedang tidur).
 
Bagaimana ereksi bisa terjadi?
 
Ereksi bisa terjadi karena rangsangan seksual. Misalnya ketika orang lain atau kita sendiri menyentuh penis atau buah pelir. Kita juga bisa terangsang ketika kita menonton adegan erotis di televisi, melihat gambar-gambar seksi, atau berfantasi seksual, yaitu membayangkan adegan-adengan erotis. Ereksi bisa juga terjadi ketika ada gerakan atau getaran, seperti halnya bila kita naik bajaj atau kereta api.  Namun seringkali ereksi juga terjadi tanpa sebab yang jelas. Keadaan ini disebut ereksi spontan, dan ini sering terjadi pada remaja (cowok tentunya). Jadi, kalau kita mengalami ereksi pada saat yang "tidak tepat", seperti misalnya ketika sedang upacara bendera, kita tidak perlu merasa malu dan salah tingkah karena ini merupakan hal yang normal bagi remaja seusia kita.

 Apa yang harus kita lakukan bila kita mendapatkan ereksi yang "tidak tepat waktu"?

 Jika kita mengalami ereksi spontan, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah berkonsentrasi pada hal-hal yang lain untuk mengalihkan perhatian kita dari ereksi tadi sehingga dapat menghilangkannya. Misalnya, kita bisa memikirkan butir-butir sila keempat Pancasila, membagi 89.756 dengan 237, atau apapun yang mengalihkan konsentrasi kita dari ereksi tadi. Kalau kamu merasa malu dan takut ketahuan saat ereksi, kamu bisa mengenakan celana yang longgar seperti celana training.
Mengapa kita kadang-kadang juga mengalami ereksi ketika bangun tidur di pagi hari?
Memang seringkali kita mendapati diri kita sedang ereksi ketika bangun tidur di pagi hari. Hal ini sangat normal dan menandakan organ kelamin kita sehat dan bekerja dengan baik. Ereksi di pagi hari sering juga dipakai untuk menandai apakah seseorang yang sedang mengalami impotensi (ketidakmampuan ereksi) disebabkan karena faktor fisik, ataukah psikologis. Pada saat tidur di malam hari seringkali kondisi kandung kemih dalam keadaan penuh sehingga meregang. Hal ini akan merangsang syaraf di sekitar penis dan terjadilah ereksi.

 Bener nggak sih ereksi bisa terjadi karena suhu dingin?

 Sebenarnya tidak ada hubungannya antara suhu udara dingin dengan timbulnya ereksi. Kalaupun hal ini terjadi, mungkin dikarenakan sebab lain, misalnya karena dingin, pikiran jadi ngeres gara-gara ingin mencari kehangatan. Bayangkan saja kalau udara dingin bisa bikin ereksi, bisa-bisa penduduk di daerah Bromo mengalami ereksi terus menerus sepanjang hari!
 
Mengapa ada orang yang mengalami ketidakmampuan ereksi?
 
Ketidakmampuan ereksi lebih dikenal dengan sebutan impotensi, yaitu keadaan ketika cowok mengalami kesulitan untuk memulai dan mempertahankan ereksinya. Impotensi mempengaruhi kemampuan untuk berhubungan seksual, yang seringkali dijadikan ukuran kejantanan seorang pria. Oleh karena itu, impotensi sering dianggap momok yang menakutkan dan memalukan. Padahal, seringkali impotensi hanya bersifat sementara dan tidak permanen. Impotensi bisa disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisik. Faktor psikologis yang mempengaruhi ketidakmampuan ereksi, seperti rasa takut (misalnya takut ketahuan berhubungan seksual padahal belum menikah, takut pasangan jadi hamil, takut ketularan penyakit dan lain-lain), kurang percaya diri,adanya pengalaman masa kecil yang kurang baik, atau perasaan tidak cinta dan benci pada pasangan. Sedangkan faktor fisik bisa berupa: terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, karena alkohol dikenal meningkatkan nafsu tetapi menurunkan kemampuan untuk berhubungan badan, penyakit diabetes (kencing manis) bila tingkat penyakit berat dan tidak terkontrol dengan baik, gangguan pada kelenjar prostat, obat-obatan tertentu, penebalan dan sumbatan pada pembuluh nadi yang mengaliri penis misal pada penderita tekanan darah tinggi, kerusakan pada syaraf pelvis (pinggul) atau sum-sum tulang belakang. Setiap penyakit, bahkan yang ringan seperti batuk pilek sekalipun, juga bisa mempengaruhi kemampuan seksual.
 
Berapa panjang penis yang normal ketika ereksi?

 Memang banyak sekali cowok yang menanyakan berapa ukuran penis yang normal saat ereksi. Tidak ada standar penis yang normal harus berukuran sekian ketika ereksi, karena hal ini juga sangat tergantung dari faktor keturunan dan ras seseorang. Daripada sibuk bertanya apakah ukuran penis kita termasuk normal atau terlalu kecil (jarang sekali cowok yang mempertanyakan apakah penisnya terlalu besar), lebih baik kita berpikir berapa kedalaman vagina. Karena kedalaman vagina hanya sekitar sembilan sentimeter, tidak diperlukan penis yang lebih panjang dari kedalaman vagina itu untuk menunaikan tugasnya dengan baik.

 Ketika ereksi biasanya muncul cairan bening. Apakah itu?
 
Cairan bening ini adalah cairan pre-ejakulasi, yang melumasi uretra dan membantu sperma mengalir. Bila ada sperma di uretra dari ejakulasi yang terdahulu, maka cairan ini dapat mendorong sperma keluar dari penis sebelum ejakulasi berikutnya terjadi. Sehingga, cairan pre-ejakulasi ini bisa saja membawa infeksi menular seksual atau menyebabkan kehamilan.

 Apakah ereksi yang tidak dilanjutkan dengan ejakulasi akan menimbulkan rasa sakit?

 Tidak. Ereksi bahkan bisa hilang dengan sendirinya kalau tidak ";ditanggapi". Namun di sini memang sering timbul masalah. Cowok seringkali merasa bahwa ketika dia ereksi berarti dia siap melakukan hubungan seksual, sehingga ia butuh segera menyalurkannya dengan mencari partner seksual. Kadang-kadang hal ini membuatnya merayu atau bahkan memaksa pacarnya untuk memenuhi hasratnya dengan berhubungan seksual. Padahal, seperti dijelaskan dia atas, ereksi bisa saja muncul tanpa sebab yang jelas, yang berarti juga tanpa ada dorongan seksual. Sedangkan hubungan seksual sendiri juga mengandung tanggung jawab yang luar biasa besar. Tubuh kita, termasuk ereksi yang kita alami, merupakan tanggung jawab kita sendiri, dan sangat tidak adil kalau kita meminta pacar kita (yang merupakan orang yang kita sayangi dan seharusnya kita lindungi) untuk ikut memikul tanggung jawab tersebut. Nah temen-temen, setelah kita mengetahui seluk beluk ereksi, kita bisa menyikapinya dengan lebih bijaksana tanpa membahayakan diri sendiri apalagi orang lain.
***Guntoro Utamadi, dan Paramita Muljono

{ Dapatkan CDterapi gelombang otak untuk mengatasi stress dan marah , klik link di bawah ini....}
Sumber : www.gelombangotak.com/mengatasi_stress_dan_marah.htm

Label: , , , ,

Seluk Beluk “si Anu”

Temen temen sekalian, kalau minggu kemarin kita banyak berdiskusi tentang selaput dara, sekarang giliran kita ngomongin “milik” cowok yang suka bikin penasaran ini, yaitu Penis. Selama ini pembicaraan mengenai organ satu ini suka enggak jelas dan terbuka, sehingga pengetahuan mengenai penis sering terbatas pada mitos, obrolan jorok, atau justru enggak pernah dibahas karena dianggap sangat tabu. Saking tabunya, bahkan untuk menyebutkan istilah yang sebenarnyapun, kita merasa enggak enak, dan menggantinya dengan kata ganti, misanya “anu”, “burung”, “titit”, dsb.  Padahal sebagai bagian dari tubuh kita sendiri kita perlu mengenalnya dengan baik , tahu fungsinya, dan bisa menggunakannya dengan bertanggung jawab.
Walaupun sering disebut dengan nama samaran atau aliasnya, penis banyak mendapatkan perhatian. Hal ini karena penis merupakan organ seksual yang sangat jelas terlihat karena bentuknya yang berada di luar tubuh. Selain itu, ia sering disentuh atau dipegang,misalnya pada saat seorang cowok mau buang air kecil.  Dan yang terpenting, penis merupakan organ seksual yang paling sensitif dari seorang laki-laki.

Karena banyaknya perhatian yang tercurah untuk si penis ini, ada kecenderungan dari para cowok untuk membandingkan milikya dengan milik cowok lain. Hal ini kemudian berakibat lebih jauh. Banyak pria dari berbagai golongan usia dan bangsa merasa nggak puas dengan penisnya. Ketidakpuasan ini menyangkut berbagai hal, mulai dari ukuran, warna, bentuk sampai fungsinya, baik untuk menyalurkan urine maupun air mani. Anehnya, biasanya ketidakpuasan ini lebih banyak muncul dari tiga hal yang pertama tadi, dan malah bukan karena fungsinya. Hal ini lagi-lagi disebabkan oleh adanya mitos-mitos yang sudah terlanjur melekat di benak kita. Untuk enggak terjebak pada kekhawatiran yang enggak perlu atau ketidaktahuan akan hal yang justru berbahaya, mari kita simak uraian, pertanyaan dan jawaban seputar penis berikut ini.

Penis terdiri atas dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Kepala penis lebih sensitif daripada batangnya, dan biasanya merupakan sumber kenikmatan seksual. Pada ujung kepala penis terdapat muara saluran kencing, dan juga merupakan pertanyaan para pemerhati curhat. Baik air seni maupun air mani disalurkan dari tubuh melalui saluran kencing ini. Dari lahir, semua penis memiliki lapisan kulit yang longgar yang menutupi kepala penis. Lapisan ini disebut kulup atau dalam Bahasa Inggris disebut foreskin. Kulup ini dapat ditarik ke belakang apabila si anak laki-laki atau pria dewasa hendak buang air kecil atau membersihkan penisnya.
Bagian dalam penis terdiri atas uretra dan dua jaringan yang disebut corpus spongiosum dan corpus cavernosa. Uretra ini menjalankan dua fungsi pokok yaitu untuk kencing atau buang air kecil dan ejakulasi. Pada saat buang air kecil, urine mengalir dari kandung kemih melalui saluran kencing. Uretra juga terhubungkan dengan sistem reproduksi, yang membawa air mani melalui penis. Keluarnya air mani dari uretra inilah yang disebut ejakulasi.

Batang penis terdiri atas jaringan yang disebut corpus spongiosum dan corpus cavernosa. Jaringan ini membentuk area yang berongga. Dalam keadaan normal, darah mengalir melalui jaringan ini dan sekitar area yang berongga tadi, yang tetap kosong. Akan tetapi apabila mendapat rangsangan seksual, otot-otot kecil di dalam jaringan tadi mengendur dan terbuka sehingga memungkinkan darah memenuhi daerah yang berongga tadi. Apabila hal ini terjadi, penis akan membesar dan mengeras. Hal inilah yang disebut ereksi.
 

Nah, setelah kita mengenal penis dari sedikit uraian tadi, sekarang marilah kita masuk ke masalah-masalah seputar penis yang paling sering dipertanyakan orang, terutama oleh para pembaca setia Curhat.

Tanya: Apakah semua penis harus disunat?
Jawab: selama ini orang melakukan sunat lebih banyak karena alasan agama dan kebersihan. Orang yang agamanya tidak mengharuskan ia disunatpun, banyak yang memilih untuk disunat karena menginginkan kebersihan. Memang dengan disunat, kebersihan penis dapat lebih mudah dijaga. Sunat merupakan operasi kecil yang bertujuan membuka kulup, sehingga kepala penis berada dalam keadaan terbuka. Alasan utamanya adalah mencegah penumpukan smegma, yaitu zat lengket berwarna putih yang seringkali berbau tidak sedap yang berasal dari lemak yang diproduksi tubuh yang bercampur dengan bakteri dan sisa-sisa urine.

Tanya: Berapa panjang penis yang normal?
Jawab: Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh banyak cowok yang enggak PD karena merasa penisnya kurang panjang. Ukuran penis seorang cowok dapat disejajarkan dengan ukuran payudara pada wanita, biasanya proporsional dengan tinggi dan postur tubuhnya. Ada sebuah survey yang mengatakan bahwa walaupun ukuran penis seringkali tidak proporsional dengan tinggi badan, namun penis selalu proporsional dengan telapak tangan pemiliknya. Rata-rata pria Indonesia memiliki ukuran penis 12 cm dalam keadaan ereksi, dan 5 cm saat istirahat alias nggak sedang ereksi. Ini hanya angka rata-rata, dan nggak menunjukkan kenormalan atau ketidaknormalan. Artinya, seorang cowok bisa saja memiliki penis 4 cm (dalam keadaan tidak ereksi) dan tetap dapat dikatakan normal, sepanjang dapat berfungsi dengan baik.

Tanya: Pada saat ereksi, penis saya miring ke sebelah kiri. Apakah hal ini normal?
Jawab: Sangat normal. Sebagian cowok memiliki penis yang dalam keadaan ereksi miring atau condong ke kiri maupun ke kanan, atau condong keatas ke arah perut. Semua ini tidak perlu dirisaukan karena tidak mempengaruhi kemampuannya untuk berfungsi.

Tanya: Saya khawatir saya tidak akan bisa membahagiakan istri saya kelak karena penis saya yang kecil dan pendek ini. Apa yang seharusnya saya lakukan?
Jawab: Mitos yang ada adalah makin besar penis seseorang, makin dapat ia memuaskan pasangannya. Padahal hal ini sama sekali enggak bener.  Kepuasan suami istri lebih banyak ditentukan oleh teknik atau cara berhubungan seks, bukan pada ukuran vital. Toh kedalaman vagina seorang perempuan terbatas, tidak lebih dari 9 cm. Jadi, nggak ada deh yang harus dilakukan dari sekarang.
Kesimpulannya, Sodara-sodara, tidak ada standar penis untuk dapat dianggap normal, baik ukuran panjang, besar, bentuk maupun warna. Sama seperti tubuh manusia pada umumnya: ada yang kurus tinggi, gemuk pendek, tinggi besar, demikian pula halnya dengan penis. Jadi, buat apa pusing-pusing mikirin apakah penismu termasuk kategori normal atau besar atau kecil, apalagi sampai kepikir mau memperbesarnya? Ingat, selama si doi atau si anu masih berfungsi dengan baik, nggak usah deh punya kepinginan untuk memperbaikinya, karena nanti kalo malah rusak, nggak ada yang bisa ganti lhoo… Selain itu, hal ini berkaitan erat dengan self image seseorang. Kalau dia bilang dia nggak PD karena penisnya yang menurutnya kekecilan, bengkok, miring atau warnanya terlalu pucat, hal ini lebih berkaitan dengan cara dia memandang dirinya sendiri, sehingga hal inilah yang harus lebih banyak mendapatkan perhatian dan bukan penisnya. Okay?
***Guntoro Utamadi


{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk meningkatkan percaya diri , klik link di bawah ini.......} 
Sumber : www.gelombangotak.com/meningkatkan_percaya_diri.htm

Label: , , , ,

Seks di Internet? Siapa Takut?

Sebagai remaja, kita sedang butuh informasi dan penasaran dengan segala sesuatu tentang seks, makanya enggak heran kalau kita suka cari informasi tentang seks lewat internet. Sayangnya, seringkali ujung-ujungnya kita malah “terperangkap” di situs-situs porno yang ternyata sangat mudah diakses.  Kejadian kayak beginilah yang seringkali bikin ortu kita dag-dig-dug kalau kita pamit mau ke warnet atau lagi sibuk browsing di kamar. Selain bisa bikin tagihan telepon meledak, mereka juga khawatir kita sibuk ber”porno” ria lewat internet.  Padahal, kalau mau jujur, sebenarnya yang kita butuhkan bukan situs-situs porno itu (karena terbukti banyak dampak negatif yang ditimbulkan) melainkan informasi yang tepat dan akurat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas dan tubuh kita, termasuk bagaimana menjaga diri dan memahami bagaimana dorongan seks kita terjadi, dan bagaimana mengendalikannya sehingga perilaku seks kita sehat dan bertanggungjawab. Nah, untuk menyiasati bagaimana menggunakan internet untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan dan enggak terperangkap pada hal-hal negatif yang merupakan sisi lain dari teknologi canggih ini, yuk kita ikuti diskusi KITA KITA kali ini!

Yang namanya internet, tentu udah enggak  asing lagi buat kita, para remaja yang hidup di era milenium ini. Dengan teknologi canggih yang satu ini, kita bisa browsing dan mengunjungi website untuk memperoleh informasi, kirim dan terima email, menjadi anggota suatu grup diskusi (mailing list), chatting dengan teman-teman di seluruh dunia, berlangganan newsletter tentang suatu hal yang kita minati, belanja, melakukan transaksi perbankan, mengikuti sekolah dan kursus jarak jauh, dan masih banyak lagi. Rasanya hampir enggak ada deh informasi yang enggak bisa kita dapatkan dari internet! Kalau kita enggak punya akses internet sendiri di rumah, dengan uang beberapa ribu rupiah per jam kita udah bisa nongkrong di warnet dan menjelajahi dunia Cyber dengan puas. Satu hal positif lagi yang bisa kita dapatkan dengan menggunakan internet adalah kita bisa memperlancar kemampuan berbahasa asing, misalnya Bahasa Inggris, terutama karena sebagian besar info yang ada menggunakan Bahasa Inggris.

Hebohnya lagi, tidak hanya informasi yang bersifat mendidik aja yang ditawarkan di internet. Segala macam hiburan, baik yang masih bersifat positif sampai yang negatif seperti pornografi, bisa dengan sangat mudah didapatkan. Selain nilai positif yang seabreg seperti disebutkan di atas, ternyata banyak juga hal negatif yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan internet ini. Mulai dari kemungkinan kita bakal ketagihan sehingga lupa waktu dan boros, sampai kemungkinan “teracuni” hal-hal negatif yang banyak kita konsumsi lewat internet. Ada lho, situs porno yang sengaja memanfaatkan anak kecil dan remaja untuk terus menerus meng-klik situs mereka, dengan iming-iming tambahan gambar jorok sehingga situs tersebut akan mendapatkan banyak uang dari pihak yang pasang iklan disana. Belum lagi kejahatan yang terjadi lewat internet, misalnya hacker yang “mencuri” kartu kredit yang pernah dipakai lewat internet, teror dan penyebaran virus komputer lewat e-mail. Bahkan ada juga kasus pelecehan seksual serta perkosaan yang terjadi gara-gara waktu chatting seorang remaja tukar menukar identitas pribadi dengan orang yang tidak dikenal.

Untuk menghindari dampak negatif yang mungkin kita temui lewat internet, termasuk kejahatan seksual lewat internet, ada hal-hal yang sebaiknya diperhatikan agar kita tetap aman:

1. Bikin rencana sebelum mulai on-line, kita mau ngapain aja: cari informasi tentang apa, periksa email, chatting, dan berapa lama. Kalau perlu pasang alarm untuk mengingatkan waktu kita sudah habis. Hal ini penting biar kita nggak kelayapan ke situs yang bukan tujuan kita sehingga memboroskan waktu dan pulsa telepon padahal masih banyak hal lain yang harus dikerjakan.

2.  Hati-hati dengan tawaran situs porno yang menjanjikan berbagai film dan gambar yang mengharuskan kita memasukkan nomor kartu kredit atau rekening bank kita untuk dapat menikmatinya. Hati-hati juga dengan tawaran belanja atau membeli sesuatu lewat internet yang pembayarannya dengan cara yang sama. Ingat, hacker sekarang makin canggih dan bisa menyadap informasi penting ini.

3. Ketika sedang chatting di chat room, ingatlah selalu bahwa seseorang mungkin saja berbohong ketika sedang on line, mungkin karena malu kalau ketahuan identitas aslinya, tapi mungkin juga karena dia berniat jahat. Karena itu, pada saat chatting, gunakan juga nick name atau nama samaran, dan begitu ada yang melecehkan kita, mengajak berhubungan seks, atau mengatakan sesuatu yang tidak pantas, segera keluar dari chat room dan putuskan koneksi.

4. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya kita juga tidak memberikan informasi yang sifatnya pribadi, seperti keadaan keluarga, nama dan pekerjaan orang tua, alamat rumah, sekolah, nomor telepon apalagi bertukar foto melalui internet. Hal ini tidak saja berlaku untuk informasi mengenai diri kita sendiri, tapi juga data pribadi orang lain, karena kita bisa saja membahayakan keselamatan orang lain itu dengan mencantumkan informasi pribadinya melalui internet.

5. Dari chat room, kita mungkin sering ngobrol dengan seseorang yang kelihatannya enak dijadikan sahabat, lalu tertarik untuk ketemu secara fisik. Kalau memang kamu pengen ketemu beneran, carilah tempat ketemu yang ramai, seperti di plaza, mall atau di restoran yang ramai, dan ajaklah teman atau orang yang lebih tua yang bisa diandalkan.

6. Kalau kita sedang ada masalah dengan teman, pacar, ortu, atau masalah di sekolah, apalagi sampai mau kabur dari rumah sebaiknya jangan bicarakan dengan teman yang hanya kita kenal secara on-line dan belum pernah ketemu. Kalau nggak bisa bicara dengan ortu, bicara dengan guru BP, sahabat, kakak, adik, atau datang ke Youth Center PKBI jauh lebih baik daripada membicarakannya dengan teman yang baru kita kenal secara on-line, karena mungkin saja teman yang kelihatannya penuh perhatian di chat room ternyata adalah seorang pedophile yang sedang menunggu mangsanya.

7. Kalau kita tiba-tiba memperoleh email-email yang tidak kita inginkan, file yang mencurigakan atau gambar-gambar yang berbau pornografi, jangan mendown-load atau membukanya karena kadang-kadang file yang semacam itu mengandung virus yang dapat menghancurkan komputer kita. Segera hubungi internet provider kita dan minta supaya alamat-alamat tersebut diblok agar tidak dapat masuk ke mailbox kita.

Untuk menjawab pertanyaan kita seputar hal-hal yang masih sering dianggap tabu dan kita masih malu membicarakannya dengan orang tua, seperti masalah seputar seksualitas, kita juga sering cari tahu di internet. Cuman masalahnya enggak banyak yang tahu ke mana harus browsing, karena enggak tahu alamat website yang dibutuhkan. Salah-salah malah nyasar ke website seks untuk orang dewasa atau yang porno-porno dan sama sekali enggak mendidik. Kadang-kadang malah ada situs yang seperti menjebak orang yang pernah mengunjungi situs itu, dan “menguntit” kita terus menerus ke manapun kita pindah, dengan menghadirkan gambar-gambar jorok.

Oleh karena itu, kita perlu tahu situs mana saja yang memang menyediakan informasi seksualitas untuk remaja seusia kita. Karena informasi yang memang dirancang untuk dikonsumsi remaja tentunya berbeda dengan informasi untuk orang dewasa. Banyak kok, website yang memang dirancang untuk menjawab keingintahuan remaja tentang hal-hal seputar seksualitas,
seperti
www.iwannaknow.org, www.scarleteen.com, www.teenwire.org, www.youthembassy.com, www.youthshakers.org, www.kidshealth.org/teen, www.youthhiv.org.

Selain itu masih ada puluhan website lain yang sejenis. Dari website tersebut kita dapat memperoleh informasi seputar kesehatan reproduksi remaja. Namun karena website ini dikembangkan oleh negara lain, bisa jadi ada nilai-nilai yang enggak sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut. Kalau kurang yakin dengan nilai-nilai itu, kita bisa tanya dan bahas dengan ortu, atau kalau kita mau yang “aman” dan bikinan dalam negeri (tentu dengan bahasa remaja doong!), coba deh tengok beberapa website Youth Center PKBI, seperti:
www.lsm.or.id/mcrpkbi, www.lsm.or.id/com, www.lsm.or.id/pilar, www.lsm.or.id/sebaya, www.lsm.or.id/pijak, www.lsm.or.id/pijak, dan www.diffy.com/cmm. Dijamin seru dan terasa manfaatnya deh. Suerr!

Nah temen-temen, sekarang kita jadi ngerti ya, kemana harus cari informasi soal seksualitas di internet. Dari sekian banyak informasi dan hiburan yang ditawarkan oleh internet, sekarang kita bisa memilih yang terbaik buat kita. Semua tergantung kita untuk “berperilaku internet” yang aman dan bertanggung jawab. Kalau kita hati-hati, hal-hal yang negatif bisa dihindari, kok! Kita jadi pinter, ortu juga hepi. Okay? Selamat berinternet!

***Guntoro Utamadi


{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk menambah nafsu makan anak2 & dewasa , klik link di bawah ini......}
Sumber : www.gelombangotak.com/menambah_nafsu_makan_anak.htm

Label: , , ,

SEKALI LAGI TENTANG KEHAMILAN REMAJA

Siapa sih remaja yang berharap akan mengalami Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD). Jangankan diri kita, orang-orang terdekat pun musti kita harapkan jangan sampai deh mengalaminya. Hanya berharap seperti itu tentu tidak akan menyelesaikan persoalan. Mengingat banyaknya faktor yang berkaitan dengan problem ini.
Sebenarnya KTD bukan hal yang baru, namun saat ini seakan-akan menjadi berita baru karena jumlah kasus yang "mulai" terungkap di permukaan kian besar, ditambah lagi kasus-kasus perkosaan yang menimpa remaja akhir-akhir ini kian memprihatinkan.  Sebagai contoh, dari laporan konseling Sahaja PKBI-DIY selama tahun 2001 tercatat 722 kasus remaja berTerapi Otak dengan kasus kehamilan tidak diinginkan. Data itupun tentu belum mewakili data sesungguhnya, karena persoalan KTD ini seringkali masih ditutup-tutupi sehingga untuk mengungkap jumlah data yang pasti mengenai KTD remaja masih sulit. Sehingga kalaupun ada data-data yang terungkap, terkadang respon yang muncul datar-datar aja, "ah ... itu kan kasus untuk remaja-remaja yang sudah tidak punya aturan, nggapain mikirin mereka?" Atau ada pihak-pihak yang mengingkari (denial) dan tidak mau menerima kenyataan bahwa perilaku seks remaja sudah demikian menghawatirkan.

Nah, dibalik kasus KTD ini tentu secara tidak langsung menimbulkan dan memunculkan dampak lainnya, misalnya hilangnya kesempatan pendidikan siswi karena dikeluarkan dari sekolah akibat hamil. Namun bagaimana dengan yang menghamilinya? Sering penanganan yang ada justru tidak berpihak kepada korban, artinya secara tidak sadar kita bertindak sebagai pelaku kedua yang ikut memperparah korban (dalam hal ini siswi). Lalu ada apa dibalik kehamilan remaja itu? Selama ini kita tenang-tenang saja nanggapi desakan mengenai kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja. Bahkan masih banyak pihak yang asyik dan berkutat memperdebatkan perlu-tidaknya pendidikan kesehatan reproduksi diberikan untuk remaja. Kesan yang sering ditangkap keliru adalah pendidikan kesehatan reproduksi hanya melulu membahas hubungan seksual. Padahal sesungguhnya pengetahuan kesehatan reproduksi cakupannya lebih luas dan sangat dalam.  Salah satunya adalah agar remaja mengenal perubahan alami yang terjadi pada dirinya (fisik maupun psikis), dan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih perilaku yang sehat dan bertanggungjawab, berkaitan dengan segala perubahan yang terjadi. Kendatipun persoalan pendidikan kesehatan reproduksi diperdebatkan, fakta yang terjadi bahwa remaja "diam-diam" mencuri informasi tentang seksualitas dari sumber yang keliru dan menyesatkan, seperti pengaruh dan mitos yang didapatkan dari teman sebaya. Kasus yang sering terungkap pada saat klien berTerapi Otak, mereka tidak paham dengan perilaku yang menyebabkan kehamilan. Belum lagi faktor-faktor pendorong lainnya seperti gampangnya remaja memperoleh gambar dan VCD porno.   
     
Selain itu, bahwa fakta remaja hamil yang notabene masih sekolah belum mendapatkan perlakuan adil. Siswi yang sudah menjadi korban "perkosaan" dan kekerasan hingga menimbulkan kehamilan justru dikeluarkan dari sekolah, sehingga akhirnya siswi kehilangan memperoleh masa depannya, ibarat pepatah sudah jatuh dihimpit tangga. Polemik tentang hak cuti hamil bagi siswi yang isunya dilempar oleh Meneg Pemberdayaan Perempuan (Ibu Kofifah) setahun lalu, masih menjadi sorotan tajam untuk dimentahkan. Seolah-olah siswi yang hamil tak pantas mendapatkan hak keadilan. Salahkah siswi yang menjadi korban perkosaan dan kemudian hamil tersebut? Mestinya kita tentu tahu, bahwa institusi pendidikan memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat untuk menjawab fakta yang terjadi, bukan malah sebaliknya ketika sekolah mengahadapi fakta siswi hamil yang muncul justru reaksi-reaksi yang kian memperburuk keadaan.

Padahal bila dikaji lebih jauh bahwa siswi yang mengalami kehamilan tentu sudah memiliki beban psikologis yang luar biasa. Bahkan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Studi Wanita Uiversitas Negeri Yogyakarta dan Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan di 4 propinsi, ditemukan remaja yang mengalami KTD bersikap sangat ketakutan, malu, bingung dan merasa bersalah.

Peraturan mengenai cuti hamil siswi pun seyogyanya sudah perlu untuk segera direalisasikan, mengingat hak memperoleh kesempatan pendidikan dijamin oleh UUD negeri kita. Dan sekolah sebagai agen pendidikan tentu bukanlah institusi peradilan yang berhak menetukan vonis benar atau salah kepada siswanya.

Kedua fenomena di atas pun nampaknya masih ditanggapi secara angin-anginan oleh para pembuatl kebijakan. Sementara, lagi-lagi, fakta yang terjadi di sekeliling kita adalah sudah ada remaja hamil, namun sejauh manakah kebijakan-kebijakan yang merespon fakta ini telah dibuatl? Penyelesaian untuk melempar isu mengenai shelter atau tempat khusus untuk menampung remaja yang bermasalah dengan KTD juga masih sebatas wacana. Kalaupun ada lembaga yang sudah mencoba mendampingi remaja KTD dengan shelter, jika tidak didukung dengan kebijakan yang kondusif  pun akhirnya justru akan melahirkan ketidaknyamanan bagi korban. Tentu persoalan remaja hamil adalah andil dari semua pihak. Fenomena ini masih dipandang setengah-tengah sebagai persoalan kasuistik semata, sehingga upaya "mengerem" laju KTD dengan pendidikan kesehatan reproduksi masih dianggap asumsi yang jauh dari kenyataan lapangan. Kebijakan tentang cuti hamil sementara masih menjadi bahan tarik ulur yang setahun ini belum terselesaikan. Upaya penyediaan shelter juga masih menjadi tanda-tanya. Akankah kita menunggu hingga data kasus KTD kian melangit? Entah.
***(Tito, Pusat Studi Seksualitas PKBI Yogyakarta)

{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk perawatan kulit dan awet muda , klik link di bawah ini......} 
Sumber : www.gelombangotak.com/perawatan_kulit_awet_muda.htm

Label: , , ,

Rokok bagi Remaja, Gaya atau Bahaya?

IKLAN-iklan menggambarkan bahwa rokok, khususnya bagi kaum pria, melambangkan kejantanan dan sportivitas. Rokok menjadi gaya hidup dan citra diri seseorang yang sehat, sukses, dan dinamis. Dalam usahanya memperluas pasar bagi produknya, perusahaan rokok, bahkan menjadikan remaja sebagai target utama mereka. Mengingat kebiasaan merokok di masa remaja akan terbawa terus sampai kita dewasa, image yang terus-menerus ditanamkan di benak kita oleh para produsen rokok ini sudah saatnya kita cermati dan kaji ulang.
Kita tentunya sudah lama tahu bahwa merokok dapat mempertinggi risiko seseorang untuk terkena kanker paru-paru, serangan jantung, stroke, kanker mulut dan tenggorokan. Hal inilah yang membuat iklan rokok yang menggambarkan kemenangan para atlet lomba dayung, terasa menggelikan. Betapa tidak, untuk menjuarai olahraga apa pun (mungkin kecuali catur dan bridge) diperlukan kekuatan fisik, yang jelas tidak mungkin dimiliki oleh para perokok yang sering kehabisan napas.

Iklan rokok juga sering menampilkan pria yang macho atau jantan. Padahal, ternyata, penelitian menunjukkan sebaliknya. Karena mengandung mutagen dan karsinogen, rokok mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan reproduksi pria. Selain mengurangi mutu sel sperma dan menurunkan kemampuannya untuk membuahi sel telur, rokok juga dapat merusak organ reproduksi pria seperti testis dan merusak spermatogenesis. Dari sini kita tentu bisa mempertanyakan kembali citra yang diiklankan oleh produsen rokok tadi. Di mana letak kejantanannya, kalau ternyata rokok menyebabkan pria sulit mendapatkan keturunan atau bahkan impoten?

Sementara itu, bahaya rokok bagi wanita sudah lama diketahui orang. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa merokok berbahaya bagi kesuburan wanita. Wanita perokok berisiko mengalami menopause (berhenti menstruasi) dini, dengan komplikasi berupa osteoporosis dan penyakit jantung. Selain itu, merokok bisa meningkatkan risiko infertilitas (ketidaksuburan), karena kerusakan serviks dan saluran indung telur, menyebabkan aborsi spontan dan bahkan mempersulit kemungkinan memperoleh anak melalui program bayi tabung.
Selain berbahaya bagi perokok, asap rokok juga berbahaya bagi orang yang berada di sekitarnya, yaitu yang dikenal dengan sebutan perokok pasif. Perokok pasif mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif. Hal inilah yang menyebabkan ruang gerak perokok makin dibatasi. Di negara-negara maju, merokok di tempat umum dilarang dan dianggap mengganggu kenyamanan masyarakat umum dan pelakunya dapat didenda. Banyak kantor yang menyatakan diri sebagai daerah bebas rokok. Bahkan, tidak jarang kantor-kantor ini mempersyaratkan tidak merokok dalam proses seleksi calon karyawannya. Sekali lagi, citra eksekutif muda sukses yang digambarkan produsen rokok dipertanyakan. Bagaimana seorang perokok mau sukses kalau cari pekerjaan saja sulit?

Kalau kita sudah tahu bahayanya, mengapa sih kita sulit berhenti merokok? Nikotin yang terkandung pada rokok merupakan salah satu zat adiktif yang dapat menyebabkan kecanduan. (Perusahaan rokok besar di Amerika Serikat coba menutupi hal ini, namun akhirnya berhasil diungkap oleh "orang dalam". Kalian bisa menyaksikan hal ini dalam film kisah nyata The Insider yang dibintangi Russel Crowe). Karena itu, tidak heran bahwa perokok sulit meninggalkan kebiasaannya itu. Apalagi bila kebiasaan ini dimulai pada saat kita masih remaja.

Memang, hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah, masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah nantinya kita menjadi perokok atau bukan.

Mengatasi "peer pressure"

Namanya remaja, tentu enggak bebas dari peer pressure atau tekanan teman sebaya. Kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena ikut-ikutan teman, selain karena terpengaruh oleh image yang diciptakan oleh produsen rokok (misalnya, dengan menggunakan idola remaja sebagai bintang iklan) atau karena punya orangtua perokok.

Mengatakan "tidak" pada ajakan untuk merokok memang bukan hal yang mudah, apalagi kalau semua teman kita merokok. Akan tetapi, dengan mengingat bahwa sekali merokok, kemungkinan besar kita jadi perokok untuk seterusnya yang berarti memikul risiko seperti yang sudah kita bahas tadi, kita bisa lebih "tabah" dan tetap berkata tidak.

Selain itu, gambaran bahwa merokok menunjukkan pribadi yang cool atau keren juga sudah saatnya direvisi. Gimana mau keren kalau ternyata rokok bikin napas dan baju kita berbau tak sedap, yang berakibat dijauhi oleh cewek atau cowok yang kita taksir? Rokok juga bikin gigi dan ujung jari berwarna kekuning-kuningan. Hal ini tentunya menghancurkan penampilan karena membuat senyum jadi enggak cemerlang dan cutex jadi enggak kelihatan cantik. Selain itu, yang sudah pasti, rokok juga bikin bokek. Mendingan duitnya dipakai beli kaset atau nonton atau untuk traktir cem-ceman kita daripada dibakar begitu saja kan?

Kalau kita merokok, bagaimana cara berhenti?

Pikirkan alasan-alasan kenapa kita mau berhenti merokok. Misalnya, karena dengan tidak merokok kita bisa:

Berpenampilan lebih rapi dan wangi

Menikmati melakukan olahraga dan aktivitas lain

Menghemat uang jajan

Mengurangi risiko terkena kanker, sakit jantung, dan stroke

Hidup lebih lama daripada teman-teman yang merokok

Terapi Otak dengan dokter. Dokter akan dapat memberikan saran apa yang harus kita lakukan pada saat-saat ketika kita merindukan rokok

Tetapkan waktu untuk berhenti merokok. Pilih saat yang santai atau pada saat kita tidak sedang stres.

Kenali hal-hal yang menjadi pemicu yang membuat kita ingin merokok.

Minta dukungan dari keluarga dan teman

Mulai berolahraga atau melakukan aktivitas yang menyenangkan untuk menghilangkan stres dan meningkatkan kesehatan.

Cukup istirahat

Makan menu yang sehat dan seimbang

Bergabung dengan program penghentian merokok, atau ikuti support group.

DI Amerika Serikat, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan AS bekerja sama dengan University of Michigan pada bulan Desember 2001, menyatakan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir ini jumlah remaja yang merokok menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya kampanye antirokok yang senantiasa dilancarkan dengan gencar melalui media massa, di rumah, dan di sekolah, serta larangan penjualan rokok bagi anak dan remaja di bawah umur. Selain itu, pengiklanan rokok juga dibatasi oleh undang-undang pemerintah setempat.

Dengan berkurangnya konsumen di negara maju, tidak heran kalau para produsen rokok mulai menyerang remaja di negara berkembang seperti Indonesia. Sekarang semuanya terserah kita. Kalau kita enggak mau jadi korban, sudah saatnya bagi kita untuk berkata tidak. Bagi yang sudah mulai merokok, belum terlambat untuk menghentikannya. Bagi yang belum, enggak usah deh, coba-coba.

Kita juga bisa bertindak lebih jauh lagi dari sekadar mengajak teman berhenti merokok, misalnya, dengan menolak disponsori oleh produsen rokok dalam menyelenggarakan kegiatan keremajaan seperti festival band di sekolah. Walaupun memang kita butuh bantuan finansial, kalau hal ini merusak masa depan kita dan teman-teman, tidaklah yauw...
*(Guntoro Utamadi, PKBI Pusat )

{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk menurunkan berat badan ,klik link di bawah ini.......} 
Sumber : www.gelombangotak.com/menurunkan_berat_badan.htm

Label: , , ,

Remaja, Pornografi dan Pendidikan Seks

Salah satu TV swasta menayangkan tentang kasus perkosaan yang dilakukan oleh sekelompok oknum pelajar SLTP dan SLTA secara beramai-ramai di wilayah Jawa Timur. Dari hasil pemeriksaan aparat, perilaku memalukan ini akibat pengaruh dari minuman keras dan seringnya menonton VCD porno. Dalam cerita rubrik curhat (18 Mei 2001) yang lalu, ada sebuah cerita tentang seorang remaja yang menutup pintunya rapat-rapat hanya karena ingin membuka remi full color yang gambarnya aduhai dan syuur. Merebaknya pornografi sungguh amat memprihatinkan, apalagi bacaan-bacaan dan sejenisnya, saat ini sangat mudah diakses oleh siapapun (termasuk remaja).

Beberapa waktu lalu survai terhadap pornografi menggambarkan bahwa banyak media massa yang masuk kategori pornografi, di dalamnya memuat isi dan gambar secara vulgar dan permisif. Banyak foto perempuan yang berpose seronok dan berpakian mini, bahkan hanya ditutupi daun pisang (Kedaulatan Rakyat ), dan masih banyak kasus serupa yang seringkali masih saja menghiasi wajah media massa kita.

Situasi maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berimplikasi terhadap dekadensi moral, kriminalitas dan kekerasan seks yang dilakukan oleh remaja, sesunguhnya bukan sebuah kasus baru yang mengisi lembaran surat kabar ataupun media elektronik. Kasus-kasus kekerasan seksual, Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD) pada remaja dan sejenisnya, nampaknya masih belum banyak diangkat ke permukaan, sehingga “seolah-olah” problem ini dianggap “kasuistik” yang tidak penting untuk dikaji lebih jauh. Padahal timbulnya kasus-kasus seputar KTD remaja, kekerasan seksual, Penyakit Menular Seksual pada remaja bahkan sampai aborsi tidak lepas dari (salah satunya) minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.

Pendidikan Seks sama dengan Pornografi ?

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu upaya untuk “mengerem” kasus-kasus di atas, sampai saat ini masih saja diperdebatkan (bahkan banyak yang enggak setuju), Sementara pornografi tiap saat ditemui remaja. Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja haus akan informasi mengenai persoalan seksualitas dan kesehatan reproduksi. Penelitian Djaelani yang dikutip Saifuddin (1999:6), menyatakan bahwa 94 % remaja menyatakan butuh nasihat mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Namun repotnya sebagian besar dari remaja justru tidak dapat mengakses sumber informasi yang tepat. Jika mereka kesulitan untuk mendapatkan informasi melalui jalur formal, terutama dari lingkungan sekolah dan petugas kesehatan, maka kecenderungan yang muncul adalah coba-coba sendiri mencari sumber informal. Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B. Hurlock (1994:226), informasi mereka coba penuhi dengan  cara membahas bersama teman-teman, buku-buku tentang seks atau mengadakan percobaan dengan jalan mastrubasi, bercumbu atau berhubungan seksual. Kebanyakan masih ada anggapan bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi dinilai masih tabu untuk dibicarakan dengan remaja. Ada kekhawatiran (asumsi) untuk membicarakan persoalan seksualitas kepada remaja, sama halnya memancing remaja untuk melakukan tindakan coba-coba.

Sebenarnya masalah seksualitas remaja adalah problem yang tidak henti-hentinya untuk diperdebatkan, ada dua pendapat tentang perlu tidaknya remaja mendapatkan informasi seksualitas. Argumen pertama memandang bila remaja mendapat informasi tentang seks, khususnya masalah pelayanan kesehatan  reproduksi justru akan mendorong remaja melakukan aktivitas seksual dan promiskuitas lebih dini. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa remaja membutuhkan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi pada perilaku seksual dalam rangka menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran terhadap kesehatannya.

Remaja  sendiri merupakan kelompok umur yang sedang mengalami perkembangan. Banyak diantara remaja berada dalam kebingungan memikirkan keadaan dirinya. Sayangnya, untuk mengetahui persoalan seksualitas masih terdapat tembok penghalang. Padahal mestinya jauh lebih baik memberikan informasi yang tepat pada mereka, daripada membiarkan mereka mencari tahu dengan caranya sendiri. Pendidikan seksualitas masih dianggap sebagai bentuk pornografi, padahal dalam gambaran penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Studi Seksualitas PKBI-DIY di wilayah Yogyakarta pada pertengahan tahun 2000 terhadap persepsi remaja dan guru (mewakili orang tua), anggapan tersebut tidak sepenuhnya terbukti.

Tabel Pendidikan Seks sama dengan Pornografi

Responden  Jawaban YA       Jawaban TIDAK
Guru            14,29 %              85,71 %
Siswa            0,00 %              100 %

Selama ini pendidikan seks dipersepsikan sebagai sebuah hal yang sifatnya pornografi yang tidak boleh dibicarakan apalagi oleh remaja. Dari hasil kuesioner menggambarkan hanya sekitar 14,29 % (responden guru) yang menyatakan bahwa pendidikan seks sama dengan pornografi. Dari remaja sendiri anggapan tentang pendidikan seks sama dengan pornografi tidak terbukti (0 %).

Remaja dan Pendidikan seksualitas ?  

Masih teramat sedikit  pihak yang mengerti dan memahami betapa pentingnya pendidikan seksualitas bagi remaja. Faktor kuat yang membuat pendidikan seksualitas sulit diimplementasikan secara formal adalah persoalan budaya dan agama. Selain itu faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kentalnya budaya patriarki yang mengakar di masyarakat. Seksualitas masih dianggap sebagai isu perempuan belaka. Pornografi merupakan hal yang ramai dibicarakan karena berdampak negatif, dan salah satu upaya membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan memberikan pendidikan seksualitas yang benar. WHO menyebutkan bahwa ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualitas;

Pertama adalah mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Kedua adalah bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi dirinya dari penularan Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS.

Mengingat rasa ingin tahu remaja yang begitu besar, pendidikan seksualitas yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri.  Maka pendidikan seksualitas harus mempertimbangkan, pertama pendidikan seksualitas harus didasarkan penghormatan hak reproduksi dan hak seksual remaja untuk mempunyai pilihan, kedua berdasarkan pada kesetaraan jender, ketiga partisipasi remaja secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan seksualitas, keempat bukan cuman dilakukan secara formal tetapi juga non formal.

Sampai kapankah kita masih terus memperdebatkan persoalan pendidikan seksualitas untuk remaja, sedangkan remaja sebenarnya “diam-diam” sudah mencuri informasi yang menyesatkan tentang seks dari pornografi ?    
      
T I T O
Pusat Studi Seksualitas-PKBI DIY


{ Dapatkan DVD terapi gelombang otak untuk peningkatan daya seks wanita ,klik link di bawah ini.......}
Sumber : www.gelombangotak.com/peningkat_daya_seks_wanita.htm

Label: , , , ,

Remaja dan Tugas Perkembangan

Masa remaja merupakan masa "belajar" untuk tumbuh dan berkembang dari anak menjadi dewasa. Masa belajar ini disertai dengan tugas-tugas, yang dalam istilah psikologi dikenal dengan istilah tugas perkembangan. Sama halnya dengan di sekolah, tugas perkembangan ini juga harus diselesaikan oleh seorang remaja dengan baik dan tepat waktu untuk dapat naik ke kelas berikutnya. Istilah tugas perkembangan digunakan untuk menggambarkan harapan masyarakat terhadap suatu individu untuk melaksanakan tugas tertentu pada masa usia tertentu sehingga individu itu dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Setiap fase perkembangan, yaitu sejak seorang bayi lahir, tumbuh menjadi dewasa sampai akhirnya mati, mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Misalnya, balita berusia dua tahun diharapkan sudah dapat berbicara dan berkomunikasi secara sederhana dengan orang-orang di sekelilingnya.

Hal yang sama juga berlaku bagi remaja. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja tidak sedikit.
Menurut Havighurst, tugas-tugas perkembangan seorang remaja adalah sebagai berikut :

1. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Walaupun kedengarannya sederhana dan mudah diucapkan, menerima keadaan fisik diri sendiri sering kali menjadi masalah yang cukup besar bagi remaja. Banyak di antara kita yang sulit menerima kenyataan bahwa kita berkulit gelap atau tidak setinggi dan selangsing teman sebaya. Perasaan tidak puas ini kemudian membuat kita selalu dilanda perasaan minder, sehingga malas bergaul apalagi pergi ke pesta. Perasaan ini menutupi kenyataan, misalnya bahwa kita sebetulnya punya sepasang mata yang indah. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya fokuskan perhatian ke kelebihan kita dan jadikan itu sebagai daya tarik. Selain itu, hilangkan dari pikiran apa yang selama ini selalu ditanamkan oleh lingkungan kita, bahwa cewek harus cantik, putih, tinggi, dan langsing untuk dapat disebut sebagai cewek sejati, sedangkan cowok harus berbadan kekar, berbulu, dan bersuara dalam untuk bisa dikatakan jantan. Karena, kalau kita memang enggak punya gen untuk dapat berpenampilan seperti itu, kita cuma jadi gelisah dan enggak puas diri selamanya, sehingga lupa bahwa kita punya banyak potensi diri.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. Usaha untuk mencapai kemandirian emosional bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini sering kali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak terselesaikan, terutama apabila orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung untuk mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib. Sebetulnya, curhat dengan teman sebaya tidak ada salahnya, selama teman sebaya itu bisa membantu mendapatkan solusi yang baik. Namun, sering kali karena yang dihadapi adalah remaja seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana. Karena itu, kita perlu selalu ingat bahwa untuk melepaskan diri secara emosional dari orangtua pun, bisa dilakukan dengan meminta dukungan orangtua ataupun orang dewasa yang ada di sekitar kita. Tentunya bukan dengan cara meminta mereka untuk memecahkan masalah kita, tapi lebih kepada memahami keinginan kita untuk dipahami sebagai individu yang beranjak dewasa dan tidak ingin terlalu tergantung lagi kepada mereka.

3. Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang antara lawan jenis yang sebaya. Sehingga, remaja akan mampu bergaul secara baik dengan kedua jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan. Kemampuan untuk mencapai tugas perkembangan ini juga dipengaruhi oleh banyaknya interaksi yang dialami seorang remaja dengan orang-orang dari kedua jenis kelamin. Tapi, hal ini sama sekali tidak berarti bahwa kalau kita sekolah di sekolah khusus cowok atau khusus cewek, kemampuan kita untuk bergaul secara matang dengan jenis kelamin lain akan terganggu. Karena di sekolah kan juga ada guru, petugas perpustakaan dan kebersihan dari jenis kelamin lain, dan kita juga berinteraksi dengan mereka. Selain itu, pergaulan tidak terbatas di sekolah saja. Ketika kita pulang, di rumah dan di lingkungan sekitar juga terdapat kenalan pria dan wanita. Jadi, temen-temen di SMU Tarakanita, SMU Pangudi Luhur, ataupun sekolah khusus lainnya, enggak perlu khawatir. Kemampuan untuk berinteraksi dengan seimbang itu hanya dapat terganggu apabila kita sendiri yang memang menciptakan batasan untuk bergaul.

4. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin. Peran sosial yang dimaksud di sini adalah seperti yang diharapkan masyarakat, dan bergeser sesuai dengan peralihan zaman. Apabila pada zaman dahulu secara sosial dianggap baik bila laki-laki mencari nafkah di luar rumah sedangkan perempuan mengurus rumah tangga, dengan timbulnya kesadaran akan kesetaraan jender sekarang ini tidak harus demikian. Sehingga, yang paling penting untuk dipahami adalah sebagai anggota dari satu jenis kelamin, kita jangan sampai kemudian merasa berhak untuk mensubordinasi atau memperlakukan anggota jenis kelamin lain secara buruk atau semena-mena, baik di publik (masyarakat) maupun domestik (rumah tangga).

5. Berperilaku sosial yang bertanggung jawab. Idealnya, seseorang tentu diharapkan untuk berpartisipasi demi kebaikan atau perbaikan di lingkungan sosialnya, namun bila hal itu belum bisa dijalankan, minimal yang harus dilakukan adalah tidak menjadi beban bagi masyarakat atau lingkungan sosialnya. Karena itulah, remaja yang terlibat tawuran sampai menghancurkan fasilitas umum tentu tidak dapat dianggap telah melampaui tugas perkembangan yang satu ini dengan sukses.

6. Mempersiapkan diri untuk memiliki karier atau pekerjaan yang mempunyai konsekuensi ekonomi dan finansial. Setelah melepaskan diri dari ketergantungan emosional dengan orangtua atau orang dewasa lain, tugas yang menanti remaja adalah juga melepaskan diri dari ketergantungan finansial dari mereka. Karena itulah, belajar bekerja juga merupakan hal yang perlu dilakukan oleh remaja, betapapun kecil penghasilan yang diperoleh. Dengan demikian, diharapkan pada saatnya nanti kita bisa siap terjun dan bekerja di masyarakat.

7. Mempersiapkan perkawinan dan membentuk keluarga. Dengan dilaluinya tugas perkembangan yang telah disebutkan tadi yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk bergaul dengan sesama maupun lawan jenis, diharapkan pergaulan ini akan dapat membawa ke langkah selanjutnya yaitu untuk memilih pasangan hidup yang sesuai dan mulai mempersiapkan diri membentuk keluarga.

8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Keberhasilan remaja melaksanakan tugas perkembangan ini ditandai dengan, misalnya, kesuksesannya meredam serta mengendalikan gejolak emosi maupun seksualnya sehingga dapat hidup sesuai dengan norma dan etika yang berlaku. Untuk dapat memperoleh konsep diri yang memegang seperangkat nilai ini, remaja dapat memiliki role model atau seseorang yang dijadikan tokoh idola yang tingkah lakunya kemudian diteladani.

Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai sebelum seorang remaja melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya. Apabila remaja tadi gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya secara tepat waktu, maka ia akan sulit untuk memenuhi tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal melaksanakan tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut.
* Guntoro Utamadi, PKBI P
usat


{ Dapatakan CD terapi gelombang otak untuk menjadikan pria perkasa , klik link di bawah ini......} 
Sumber : www.gelombangotak.com/pria_perkasa_penis_besar.htm

Label: , , , ,

Remaja dan “Kecelakaan''

Dengan mengecualikan kasus perkosaan, kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD) di kalangan remaja berhubungan erat dengan perilaku seksual remaja itu sendiri. Saat ini, hubungan seksual pra-nikah semakin sering kita dengar dilakukan oleh remaja, terutama mereka yang tinggal di kota besar. Pada tahun 2000 PILAR-PKBI Jawa Tengah bekerja sama dengan Tim Embrio 2000 melakukan baseline survey tentang Perilaku Seksual Mahasiswa di Semarang dengan mengambil 127 responden (64 laki-laki dan 63 perempuan) dari berbagai perguruan tinggi di Semarang. Dari hasil survey ini terungkap bahwa aktivitas yang dilakukan saat pacaran tidak hanya ngobrol, memeluk, atau mencium bibir, tapi sudah lebih jauh yaitu meraba daerah sensitive (48%), melakukan petting (28%) bahkan 20% di antaranya melakukan intercourse atau hubungan seksual sampai tahap penetrasi. Mengingat terbatasnya sample yang diambil, hasil survey ini memang tidak dapat dikatakan menggambarkan keadaan remaja di seluruh Indonesia. Kenyataan yang sesungguhnya terjadi bisa saja tidak seburuk itu, walaupun juga tidak tertutup kemungkinan bahwa keadaan remaja kita lebih parah lagi.  
Selanjutnya yang lebih memprihatinkan, hubungan seks di kalangan remaja tersebut tidak dilakukan dengan aman dengan menggunakan alat kontrasepsi (dari 27 responden yang menjawab telah melakukan hubungan seksual, 16 orang atau 61.5% di antaranya mengatakan tidak menggunakan alkon). Alasan yang diberikan adalah karena alkon tidak memuaskan dan membuat hubungan seks kurang nyaman, bahkan ada yang menjawab karena kurang persiapan.

Dengan tidak digunakannya alkon, sama halnya dengan kasus penularan PMS, KTD seringkali tidak dapat dihindari. Apa yang akan dilakukan jika memang terjadi KTD? Sebelas responden menjawab akan meneruskan kehamilan, sedangkan delapan orang menjawab akan menggugurkannya, sementara sisanya menjawab tidak peduli dan lain-lain.
Sementara itu, dari hasil jajak pendapat sederhana yang dilakukan oleh CMM PKBI DKI Jakarta berkaitan dengan kasus KTD, terungkap bahwa 75.2% dari 207 responden menjawab bahwa menikah merupakan alternatif pemecahan masalah KTD, dan hanya 6.8% yang menjawab aborsi sebagai pilihan.

Terlepas dari itu, hasil studi yang dilakukan di sepuluh kota besar dan enam kabupaten di Indonesia tahun 1997 mengungkapkan, angka kejadian aborsi mencapai dua juta setahun dan menurut perkiraan, setengah dari jumlah itu dialami oleh remaja.

Banyak alasan yang berada di balik angka yang tinggi ini, dan tidak seluruhnya murni merupakan keinginan remaja yang hamil. Dalam hal ini, pasangan dan orang tua memegang peranan penting terhadap dilakukannya aborsi. Banyak orang tua yang bersikeras agar putrinya yang hamil menjalani aborsi dengan alasan agar keluarga terhindar dari aib maupun agar putrinya tadi tidak kehilangan masa depan. Hal ini juga tidak terlepas dari kenyataan yang ada di kehidupan sosial, yaitu bagaimana masyarakat bersikap terhadap remaja yang hamil.

Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Tim Embrio PILAR Semarang tentang sikap terhadap siswi yang hamil saat sekolah menunjukkan, sebagian besar (63 dari 100 responden) menyatakan bahwa sekolah harus menghukum siswi yang hamil saat sekolah, dan hukuman ini dapat diberikan dalam bentuk dikeluarkan dari sekolah (67%), diskors (16%) dan dipindahkan (9%).

Walaupun ketika ditanya siapakah pihak yang bertanggung jawab dalam terjadinya KTD, sebagian besar (78.2%) responden jajak pendapat sederhana CMM di Jakarta merespon bahwa KTD merupakan kesalahan kedua belah pihak, baik cowok maupun cewek, hal ini tidak berarti bahwa konsekuensi dari KTD ini akan ditanggung secara seimbang oleh keduanya. Sanksi sosial ini dirasakan jauh lebih berat bagi remaja perempuan yang hamil dibandingkan dengan remaja pria yang menghamili ceweknya tadi.

Bagaimana tidak, saat ini sekolah-sekolah tidak memperbolehkan siswinya yang hamil untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mereka akan dikeluarkan dari sekolahnya dengan alasan mengganggu kegiatan belajar mengajar dan akan dapat mempengaruhi nama baik sekolah itu. Sementara itu, si remaja pria masih bisa meneruskan pelajarannya. Mungkin, hal-hal semacam inilah yang membuat banyak pihak menginginkan aborsi sebagai jalan pintas pemecahan bagi masalah KTD. Namun sekarang pertanyaannya, betulkah aborsi merupakan solusi terbaik bagi KTD di kalangan remaja?
Banyak pihak yang mempunyai opini kuat terhadap aborsi, sampai terdapat dua kubu yaitu yang pro-life atau membela kehidupan apapun yang terjadi alias anti-aborsi, dan kubu pro-choice yang menekankan bahwa pilihan untuk meneruskan kehamilan atau tidak merupakan hak perempuan itu sendiri sepenuhnya. Terlepas dari itu, harus selalu diingat bahwa apapun pilihan yang kita ambil, semua mengandung konsekuensi bagi kita di masa depan.

Menjalani aborsi yang tidak aman secara medis, misalnya yang dilakukan bukan oleh dokter yang ahli akan sangat berisiko terhadap kesehatan kita. Komplikasi yang mungkin dialami dari aborsi yang tidak aman ini mencakup infeksi, pendarahan hebat serta kerusakan permanen pada organ reproduksi yang lebih jauh dapat mengakibatkan infertilitas atau bahkan kematian.

Selain itu, melakukan aborsi tidak sama dengan mengingkari kenyataan bahwa seseorang pernah mengalami kehamilan, seberapapun muda usia kehamilan itu. Karena itulah, walaupun aborsi dilakukan oleh dokter ahli dengan melalui prosedur yang baku sehingga risiko kesehatan akan sangat kecil, tidak berarti bahwa tidak ada lagi risiko lain. Banyak di antara wanita yang pernah menjalani aborsi mengalami trauma psikologis. Mereka dihantui oleh penyesalan dan didera perasaan bersalah terus menerus seumur hidup. Belum lagi kalau sampai langkah aborsi yang diambil diketahui orang lain. Penderitaan psikologis tadi  masih ditambah lagi dengan reaksi negatif dari masyarakat.

Terus, apa dong alternatif yang lain? Aborsi bukan satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah KTD. Pilihan lain yang dapat diambil tentu saja adalah meneruskan kehamilan tersebut dengan berbagai kondisi yang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Remaja yang hamil dapat pergi ke shelter atau tempat penampungan bagi ibu-ibu muda yang hamil tanpa suami/tidak menikah. Mereka ditampung di suatu tempat sampai saat melahirkan tiba. Bayi yang dilahirkan dapat dipelihara sendiri maupun diserahkan untuk diadopsi oleh pasangan yang memang mendambakan anak.

Kalau pihak cowoknya bertanggung jawab, menikah bisa dijadikan jalan keluar. Setelah bayi yang dikandung lahir, pasangan ini dapat membesarkan anaknya seperti yang dilakukan pasangan-pasangan lain yang kehamilannya memang dikehendaki. Kalau pilihan ini yang diambil, kita harus ingat untuk terus meningkatkan atau mengembangkan diri dengan meneruskan pendidikan. Memang berat untuk sekolah sambil kerja dan membesarkan anak. Tapi juga harus diingat bahwa membesarkan anak tidak saja memerlukan biaya, tapi juga kepandaian serta kematangan berpikir untuk dapat mendidik anak kita menjadi orang yang berguna di masyarakat.

Pilihan lain, yang juga tidak kalah berat adalah menjadi single parent atau orang tua tunggal. Hal ini bukan hal yang mudah karena akan melelahkan baik secara fisik maupun mental. Belum lagi harus menghadapi tekanan dari masyarakat yang seringkali menghakimi wanita yang punya anak di luar lembaga pernikahan. Namun, banyak juga kok yang berhasil. Mereka bahkan mendapatkan kebahagiaan bersama anaknya dan bersyukur tidak menggugurkan kandungan ketika mengalami KTD.

Nah temen-temen, ternyata berat sekali ya, konsekuensi dari perilaku seksual yang tidak aman? Kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit dan tidak mudah dilaksanakan. Makanya, buat yang belum terlanjur, marilah kita meninjau kembali perilaku seksual kita serta melakukan introspeksi diri, apakah selama ini gaya pacaran kita sudah sehat ataukah masih menyerempet-nyerempet bahaya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi remaja cewek, lho. Buat yang cowok, kita harus punya rasa tanggung jawab. Kalau pasangan kita sampai hamil gara-gara kita nggak bisa mengelola dorongan seksual, kita juga yang harus menanggung akibatnya. Kita kan nggak mau menyandang predikat pengecut dengan lari dari tanggung jawab toh? Sementara itu, bagi orang tua, hal yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mempersiapkan diri untuk memberikan informasi yang tepat seputar seksualitas dan memberikan bekal bagi remaja untuk dapat berperilaku seksual yang sehat.

(Guntoro Utamadi, PKBI Pusat)


{ Dapatkan CD terapi gelobang otak untuk menarik cinta lawan jenis , klik link di bawah ini.......} 
Sumber : www.gelombangotak.com/Menarik lawan jenis.htm

Label: , , ,