Jumat, 12 Agustus 2011

Waktunye cuci otak brada !!!

Untuk sebagian besar dari kita, berpikir negatif mungkin sudah menjadi bagian dari diri. Ketika hal-hal tidak sesuai rencana, kita dengan mudah merasa depresi dan tidak bisa melihat sisi baik dari kejadian tersebut.

Berpikiran negatif tidak membawa kemana-mana, kecuali membuat perasaan tambah buruk, yang lalu akan berakibat performa kita mengecewakan. Hal ini bisa menjadi lingkaran yang tidak berujung.

Jessica Padykula menyarankan sembilan teknik untuk mencegah dan mengatasi pikiran negatif yang adalah sebagai berikut:

1. Hidup di saat ini.
Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.

2. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.

3. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.

4. Jangan berdiam diri.
Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.

5. Fokus pada hal-hal positif.
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti 'hari ini cerah' atau 'makan sore hari ini menakjubkan'. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.

6. Bergeraklah
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.

7. Hadapi rasa takutmu
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.

8. Coba hal-hal baru
Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan ya pada kehidupan Anda membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran 'ya, tapi...'. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.

9. Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.

{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk anak hiper aktif ,klik link di bawah ini....}
Sumber : www.gelombangotak.com/anak_hiperaktif.htm

Label: , , ,

SEPORSI CINTA?

Suatu malam, seorang teman mengirim pesan pendek pada saya yang sedang asyik bercengkrama dengan keyboard dan layar komputer. Dalam pesan pendeknya, ia menulis kata-kata yang tiba-tiba mampu menghentikan aktivitas saya dalam sejenak. Ia tak bertanya tentang PR-PR organisasi yang selama ini jadi menu sehari-hari kami. Ia pun tak bertanya tentang kabar kuliah atau kegiatan menulis saya. Ia hanya mengirim saya kata-kata ini.
"Cinta itu begitu luar biasa ya, mampu membuat kita tergugu dengan berjuta harap juga rindu, bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang kita cintai. Hingga wujudnya sudah mencipta resah, cemas, juga doa-doa."
Lama saya tak membalas pesan pendeknya. Bukan karena malas, tapi saya harus mencermati setiap kata yang ia tuliskan di layar kecil itu. Adakah ia serius atau hanya ingin ‘perang' kata-kata dengan saya. Dan setelah saya berpikir agak lama, saya membalasnya. Hingga saya harus menghentikan aktivitas saya sejenak karena setelah itu kami terus saling berbalas pesan pendek.
"Tapi, cinta pun menyediakan air mata... Bagaimanapun, ketika kita terjebak dalam sebuah rasa yang awalnya mungkin tak kita sadari, harusnya kita bisa jadi lebih dewasa. Bagaimanapun -sekali lagi- cinta akan tetap indah jika ia disembunyikan hingga hanya kita dan Allah saja yang tahu."
"Cinta itu ibarat warna, jadi ketika kita merasakan ada getar yang tak terdefinisi, itulah cinta. Hanya saja, kita tak tahu cinta dengan warna apa dan seberapa kuat pendarnya menerangi hati kita. Ada orang yang menyadari warna cinta dan kuatnya pendar itu langsung ketika dekat dengan orang yang dicintai.ada juga yang baru sadar ketika orang tercinta telah pergi."
"Sesungguhnya aku tak menyadari apa yang aku rasakan. Mencintai bagiku adalah suatu hal yang membuatku bahagia, tapi dicintai terkadang bisa menyisakan satu rasa yang tak terdefinisi dan mungkin saja membuat kita terluka. Hingga pada akhirnya kita lah yang harus berkorban agar tak melihat pendar kekecewaan pada wajahnya. Karena itu, mengapa harus sedih jika hanya bisa mencintai dari jauh? Balasan cinta tak harus dari orang yang kita cintai kan!"
"Benarkah balasan cinta itu akan kita peroleh dari orang yang tidak kita cintai? Tidakkah itu justru akan semakin menyakitkan kita atau setidaknya bukan cinta yang kita berikan pada orang lain itu, melainkan hanya rasa sayang atau kasihan..."
"Ya, itulah keajaiban sebuah cinta! Kita mungkin tak menyadari bahwa masih ada orang yang mencintai kita dengan setulus hati. Memang, mengejar apa yang kita cintai akan membuahkan satu rasa paling indah jika itu tercapai. Tapi, bukankah lebih indah memberi cinta pada orang yang mencintai kita setulus hati? Yah, pada akhirnya kita harus memilih. Tapi, yakinku hanya satu, bahwa cinta tetap indah pada akhirnya..."
"Ya, cinta akan tetap indah pada akhirnya. Karena cinta penuh dengan sensasi yang tak habis untuk dinikmati dan dikenang. Bukankah cinta butuh proses? Proses itu lah seni keindahannya... mungkin memang tepat satu kalimat ‘Surga hanya diperuntukkan bagi para pencinta.'"
Pesan-pesan pendek itu menjadi smacam renungan untuk saya, dan mudah-mudahan bagi kita semua. Bahwa cinta seindah apapun akan bisa menciptakan luka jika terlalu mengejarnya dengan porsi yang tak seharusnya. Tapi di sisi lain, cinta bagaimanapun rupanya bisa menciptakan kebahagiaan jika diporsikan sesuai kadarnya.
Cinta memang sepatutnyalah bisa membuat kita jadi lebih dewasa dan bijaksana. Tanpa perlu label khusus bagi kebanyakan pecinta muda yang belum sepenuhnya mengerti makna sesungguhnya. Sepatutnyalah cinta diporsikan sesuai dengan kebutuhan dan hak sesorang atau Dzat yang memberi kita cinta. Jikalah ada seseorang yang memberi kita cinta, mungkinkah cintanya akan melebihi cinta yang telah diberikan Dzat pencipta cinta itu? Maka, bertanyalah pada diri kita sekarang. Seberapa besar porsi cinta yang telah kita berikan pada Pencipta Cinta? 
***Oleh : Laela Awalia

{ Dapatkan DVD General Brainwave kumpulan semua audio gelombang otak , klik link di bawah ini....}
Sumber : www.gelombangotak.com/General-Brainwave_Kumpulan_Semua_Audio_gelombang_Otak.htm

Label: , , ,

RACUN DAN VIRUS PULSA ASMARA

Berbagai macam sarana komunikasi dan transportasi diciptakan untuk mempermudah segala urusan kehidupan. Sehingga dunia laksana satu daratan yang bisa dijangkau dengan mudah dalam waktu sekejap tanpa menisakan letih dan lelah. Padahal enam puluh tahun yang lalu, sarana komunikasi dan transportasi  masihlah minim. Segala sesuatu ditempuh dengan waktu yangsangat lama. Namun saat ini semuanya serba instant. Hubungan jarak jauh bisa dilakukan tanpa jeda waktu. Karena komunikasi dan transportasi semakin canggih serta teknologi semakin mutakhir.

Namun yang harus diwaspadai, di tengah gemerlapnya eksploitasi teknologi dan gencarnya penjajahan moral yang dilakukan para kapitalis, terutama di negara-negara berkembang dan negara-negara  Islam, maka semu pihak harus mengetahui racun dan virus berbahaya yang diselipkan dalam kecanggihannya. Racun atau virus itu sungguh mudah menjangkiti kita semua. Apabila kita sudah merasakan maka sendi-sendi moral kita lambat laun akan rontok seperti  ruas-ruas jemari yang berjatuhan terkena lepra ganas. Tapi  seringkali penyakit yang sangat berbahaya itu tidak nampak karena mata kita terlalu silau oleh kecanggihannya.

Saat  teknologi telepon  semakin  canggih, harga pesawat telepon dan perangkat elektronik  semakin murah, serta jaringan pemasaran distribusinya sudah merambah hingga pelosok-pelosok daerah, maka  penyakit  itu pun semakin rapat mengepung  kita.

Dengan teknologi handphone berkamera, lahirnya fasilitas 3G, chatting melalui internet dan komputer berkamera, maka hubungan langsung antara manusia pun semakin menganga lebar. Pembicaraan lewat media tersebut seperti  sudah tidak menyisakan sekat-sekat lagi. Orang yang kita ajak bicara sudah jelas terpampang di depan kita. Apa yang ditampilkan di kamera, itulah keadaan lawan bicara kita yang sesungguhnya. Gambar si dia yang sedang manja, senyumnya yang menggoda, desah suaranya yang membuat terlena, dapat dengan mudahnya dinikmati dengan fasilitas komunikasi semacam ini.

Maka ketika batasan moral sudah semakin memudar dan hilang. Saat pengawasan dari orant tua semakin renggang, para pemuda dan pemudi pun semakin leluasa berhubungan dengan kamuflase teknologi  tersebut. Mereka  dengan mudah  membuat  janji berbicara mesra berkoodinasi  dengan pasangan untuk mengelabui orang tua guna bertemu berdua untuk khalwah elektronik.Sungguh sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan murahnya pulsa.

Lihatlah. Kita akan dengan mudah menyaksikan apa yang dilakukan kaum muda kita. Anak-anak sekolah dengan penuh bangga da nbahagia memanfaatkan  fasilitas kecanggihan HP terbaru. Tanpa sadar, mereka telah terjebak. Virus dan racun telah merasuki dirinya. Ia terus menjalar dan menyerang  benteng-benteng  keimanan. 

Apabila ini yang terjadi, maka sungguh kehancuran moral yang senyata-nyatanya. Sehingga saat pemuda dan pemudi sudah terjebak dalam jeratan komunikasi yang semacam ini, maka sangat susah untuk melepaskan diri. Masih Nggak percaya... Percayalah...Jangan coba-coba!

Mereka sudah dapat merasakan indahnya janji dan harapan, hangatnya pembicaraan, mesranya rayuan, serta manisnya pujian. Sukma mereka pun serasa melayang-layang. Pada akhirnya untuk terjerumus ke dalam hubungan  yang lebih gelap  akan dengan sangat mudah terjadi. Akibatnya, dua sejoli yang tadinya hanya membangun hubungan dengan jaringan HP, telepon, atau internet saling berjanji untuk bertemu. Mereka tergoda untuk "mengenal lebih dekat". Janji dan pertemuan pun terjadi, awalnya dengan sembunyi-sembunyi itu pun dilakukan di luar rumah, pertemuan pertama menyisakan rasa penasaran yang menggelitik kalbu. Syetan pun tak tinggal diam. Ia dengan gencar menggoda untuk bertemu yang kedua kali dan seterusnya. Bahkan dengan terang-terangan datang/apel ke rumah. Sebagaiman yang dikatakan oleh seorang penyair:

Berawal dari pandangan, lalu senyuman

Kemudian salam, disusul pembicaraan

Lalu berakhir dengan janji dan pertemuan
.

Syetan dan iblis pun tertawa lebar. Mereka terus mengipasi api asmara yang sedang membara hingga membakar keduanya. Kemudian kedua sejoli terlena melanggar arena terlarang dan menjamah sutra haram, wal iyadzubillah. Akhirnya banyak wanita remaja yang menjadi mangsa panas asmara. Mereka benar-benar menjadi korban permainan api cinta.

Anak-anak ABG, bahkan yang telah dewasa sekalipun dengan mudah terjebak dalam kubangan lumpur kehinaan semacam ini. Apalagi kalau sudah tidak memiliki filter agama yang kuat. Maka pada ahirnya hubungan bebas oleh dua pasangan yang belum semestnya, semakin mudah dilakukan. Akibatnya adalah aib, kehormatan melayang, serta suramnya masa depan.

Maka, wahai para pemuda dan pemudi, para orang dewasa dan orang tua, renungkanlah secara mendalam akan bahaya dari racun asmara dan virus pulsa serta khalwah elektronik!  

PENANGKAL RACUN DAN VIRUS PULSA ASMARA
Berikut ini saya akan mencoba memberikan beberapa solusi agar racun da nvirus pulsa tidak mudah menyerang diri kita dan keluarga. Ini beberapa resep penangkalnya, semoga dapat membantu kita:
  1. Membentengi keluarga dengan aqidah yang shahih dan akhlak mulia. Jangan bosan dan menyerah untuk mengajak keluarga menuntut ilmu syar'i dan mengamalkannya.
  2. Tanamkan kepada keluarga bahwa pergaulan bebas adalah jerat-jerat syetan yang bahaya da nkerugiannya nyata di dunia, dan adapun di akhirat akan mendapat adzab Allah yang sangat pedih.
  3. Para orang tua hendaknya bijaksana dalam memenuhi peermintaan anak-anaknya yang merengek minta dibelikan HP atau komputer multimedia. Karena dari dua media tersebut sangat mudah virus-virus itu menyebar. Gambar dan film porno, komunikasi bebas, akan dengan mudah didapatkan dan dijalin melalui media ini.
  4. Hendaknya mendampingi dan mengawasi ketika anak menggunakan jaringan internet.
  5. Jangan letakkan komputer multimedia di kamar pribadi anak. Usahakan komputer  diletakkan di ruang keluarga yang mudah diawasi penggunaannya.
  6. Usahakan agar anak-anak tidak memliki HP. Kalau si anak memang perlu untuk dibawa keluar lebih baik dipinjami milik orang tua.
  7. Kalau memang harus membelikan HP kepada anak maka hendaknya dibelikan sesuai dengan kebutuhan yang utama.
  8. Para pemuda dan pemudi yang sudah siap menikah, hendaknya bersegera. Jangan ditunda! Jangan ciptakan ruang untuk berpacaran.
  9. Para orang tua hendaknya mendukung keinginan anak-anaknya yang menyatakan sudah sanggup untuk menikah.
  10. Mengawasi teman bergaul anak-anak kita dan bersikap selektif dalam memilihkan teman bergaul untuk mereka. Jangan biarkan mereka keluar rumah tanpa kontrol apalagi keluar dengan teman lawan jenis. 
{ Dapatkan DVD terapi gelombang otak untuk Athletic Performance- Penampilan Atletis , klik link di bawah ini.....}
Sumber : www.gelombangotak.com/fit_berenergi.htm

Label: , , , ,

Rabu, 10 Agustus 2011

BICARALAH SEBELUM TERLAMBAT

Kami adalah sepasang suami-istri yang sudah 2 tahun menikah. Selama ini hubungan kami berjalan baik dan harmonis tanpa suatu konflik yang berarti. Namun, tiba-tiba keharmonisan itu hilang. Kejadian ini bermula saat kami memutuskan untuk mengajak nenek, yaitu ibu dari suami saya untuk tinggal bersama kami.
Setelah beberapa hari nenek tinggal bersama kami, nenek tidak senang melihat kebiasaanku yang selalu bangun siang dan tidak pernah membuatkan sarapan untuk suamiku. Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok, itulah cara dia protes. Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat aku masih harus bekerja hingga larut.

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana mejadi kaku. Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku, seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri? Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata,”Sil, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?” Sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia akhirnya berkata,” Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami setiap pagi.” Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba canggung itu.


Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar semua. Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!

Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku, nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku segera mengejarnya keluar rumah.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku. Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata, “Sil, sebaiknya kamu periksa ke dokter.” Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?

Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku dengan wajah bingung. “Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka lebar. Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam hati, “Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?”
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian. Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek  berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.
Suatu hari, aku berkunjung di sebuah café. Lalu aku melihat suamiku sedang bersama seorang wanita, mereka terlihat mesra. Lalu aku masuk dan berdiri di depan mereka. Lalu suamiku hanya melihatku dengan tatapan tajam, seolah tak perduli apa yang aku rasakan. Aku berusaha menahan tangis. Kemudian aku keluar tanpa satu katapun terucap dariku maupun dari suamiku.

Malam itu suamiku tidak pulang dan itu sudah menjelaskan semuanya. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi, semua berlalu begitu saja. Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah. Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu. 2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya,”Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya.” Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.

Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya. “Sil, kamu hamil?” Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar dengan derasnya. Aku menjawab, “Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi.” Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku. Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali. Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata “Maafkan aku, maafkan aku.” Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan. Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga.

Hampir setiap hari aku mendengar suara merintih dari dalam kamar nenek. Itu suara suamiku yang mengerang kesakitan. Ia berusaha membuatku panik dan datang kepadanya, Namun, itu tak kuhiraukan. Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.

Suatu malam, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku berteriak histeris memanggil namanya. Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwara Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami. “Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah. “

“Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun-tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayah cintai.”
“Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku.” “Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu padaku selama ini.

Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya.” Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata,”Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya.” Dengan susah payah dia membuka matanya, tersenyum anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata.

{ Dapatkan DVD terapi gelombang otak untuk menghilangkan kecanduan & kebiasaan buruk , klik link di bawah ini.....}
Sumber : www.gelombangotak.com/menghilangkan_kecanduan_alkohol_merokok.htm

Label: , , ,

4 Kesalahan Fatal Saat Pacaran

Ada beberapa kesalahan fatal yang sering dilakukan orang saat pacaran. Baik yang disengaja atau tidak disengaja. yang disadari atau tidak disadari. Masalahnya adalah seringkali kesalahan-kesalahan itu menjurus kepada sesuatu yang membahayakan. Dengan kata lain pacaran yang berbahaya atau tidak sehat. Minimalnya bisa menyebabkan sakit hati. Untuk itulah, sebisa mungkin, kamu harus menghindari kesalahan-kesalahan tersebut. Apa saja sih, 4 Kesalahan fatal saat pacaran itu..?

1.kesalahan saat pacaran; Bilang Cinta mati.
Nah, lo…. Kata-kata cinta mati dan cara berfikir seperti ini tidak seharusnya ada saat pacaran. Apa sih, maksudnya cinta mati ini? Apakah cinta sampai mati..? owh, benarkah..? Atau kalau kamu mati aku juga mati..? Jadi inget lagunya Naif “bila kau mati, ku juga mati walau tak ada cinta sehidup semati jadilah engkau milikku s’lalu utuh tanpa tersentuh… cuma aku….” yang ujung-ujungnya posesif. Boleh saja sih, kita merayu pacar dengan sejuta kalimat gombal untuk mengungkapkan rasa sayang kita ke pacar. Tapi yang realistis dong..! Masak cinta mati..? “mati aja, loe…” kata si Mona.

2.kesalahan saat pacaran; Aku nggak bisa hidup tanpa kamu.
Beeeeuuuuuh… ini lagi! Inget bro, sis.., hidup dan mati manusia itu ada di tangan Tuhan. Bukan di tangan pacar. Masak sih, pacar kamu mau nyaingin Tuhan..? Mulai sekarang nggak usah deh ngeluarin kalimat itu. Kalimat-kalimat seperti ini cuma akan membuat kamu bunuh diri saat putus sama pacar kamu.

3.Kesalahan saat pacaran; Kamu adalah segalanya.
Kalimat yang tidak masuk akal. Coba deh, itu kalimat direnungkan lagi baik-baik. “kamu adalah segalanya”. Segala sesuatu di dunia ini hanya terpaku dan terfokus ke si dia. Pantesan saja, saat kamu putus sama dia, saat kamu kehilangan dia, kamu sudah seperti kehilangan segalanya. Bahkan Kehilangan semangat hidup. Enggak mau makan, enggak mau minum, enggak mau ngapa-ngapain. Itu karena cara berfikir kamu yang menganggap dia adalah segalanya.

4.kesalahan saat pacaran; Menyerahkan segalanya
Ini dia nih, kesalahan yang sangat fatal tapi sering dilakukan. Terutama cewek. Karena dalam hal ini, yamg dirugikan selalu saja cewek. Banyak diantaranya, yang rela melepas keperawanannya dengan alasan takut kehilangan pacar. Heran, kok banyak sih, cewek yang lebih takut kehilangan pacarnya daripada kehilangan keperawanannya. Sudah saatnya bagi kaum cewek untuk bisa membentengi diri dari rayuan gombalnya cowok. Jangan mau ketipu yah sis..! Jangan mau menyerahkan segalanya demi seorang cowok yang belum tentu bakalan jadi suami kamu.

{ Dapatkan DVD terapi gelombang otak untuk melakukan perubahan dari diri sendiri , klik link di bawah ini.......} 


Label: , , ,

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Pendidikan secara umum berarti “upaya yang bertujuan”. Oleh karena itu maka “tujuan” menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah pendidikan. Lalu pertanyaan yang mesti diajukan adalah “apa tujuan pendidikan” yang seharusnya. Pertanyaan ini mengharuskan kita untuk mau tak mau menengok “filsafat manusia”. Dengan melihatnya maka kita akan tahu apa itu manusia dan apa tujuan yang seharusnya diinginkan untuknya.

Dalam Islam ada suatu filosafi dasar yang diterima umum, bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Allah. Ia diciptakan memiliki tujuan mulia yaitu Pertama; “beribadah kepada Allah” dan kedua; Diinginkan untuk menjadi khalifah dimuka bumi”. Ini adalah tujuan diciptakannya manusia oleh allah dimuka bumi. Maka seyogyanya dan seharusnya kita mengikuti tujuan rancangan diciptakannya manusia dimuka bumi itu oleh Allah. Sebab bila pencanangan tujuan tidak sesuai dengan “disain awal” maka akan gagallah apapun upaya pendidikan, metode yang dilakukan. Sebab metode itu sebenarnya urusan “efisiensi” (melakukan sesuatu dengan benar), sedangkan canangan tujuan mengarah pada “efektifitas” (melakukan yang benar).

Setelah kita “selesai” dengan tujuan ini (walau mungkin itu perlu elaborasi dan diskusi lebih panjang lagi), maka kita mulai melihat manusia itu, kita menengoknya dalam kaca-mata filsafat manusia.  Apa itu manusia (setelah kita tahu tujuan diciptakannya). Disini mungkin akan ada pertanyaan, apakah tidak seharusnya ditanyakan dulu apa itu manusia baru apa tujuan manusia diciptakan dimuka bumi? Metode ini bisa dilakukan bolak-balik, yang terpenting adalah sinaran informasi yang kita pakai adalah “Wahyu” sebagai landasan Islami.


Apa itu Manusia? Manusia adalah
1) Ia adalah hewan rasional, artinya ada sisi hewani dan sisi insaniah (rasional). Sisi hewaniah berarti ia bertindak dengan dan dipengaruhi oleh Insting/determisime. Dan ada sisi rasional, artinya manusia perlu orientasi, kesadaran, dan memiliki kebebasan dalam bertindak atau melakukan sesuatu. Sehingga dengan dua kecendrungan ini maka keliru sekali pendekatan Psikologi yang murni Behaviorisme (Skinner, Bandura, Rotter dll) atau murni Kognitif (Piaget, Kholberg, Lewin, Heider dll). Oleh karena itu kita harus meliriknya semua baik Psikologi Humanisme (Rogers, Combs, Maslow, Perls dll), Psikoanalisis (freud, Jung, Adler, Bion dll) disamping dua pendekatan tadi.


Perlu sentuhan-sentuhan hewaniah (pengkondisian, hukuman dll), tidak seperti A.S. Neil (1883-1973) dll yang tidak menginginkan paksaan apapun dalam pendidikan (Fifty Modern Thinkers on Education, Joy A Palmer ed). Padahal persepsi menentukan tindakan, dan persepsi itu terjadi dan berkembang seumur hidup. Apakah pendidikan ‘sholat subuh’ tak perlu dikondisikan dalam agama Islam? Tidakkah anak bila sudah “akil balih” harus melaksanakan taklif Syar’I atau kewajiban syariat, “tidak ada kebebasan” disini (dalam arti bebas tidak mengikuti hukum, bebas tidak menjadi manusia, dll).
Tetapi ini bukan dominant pada manusia, sebab sisi hewaniah itu ada tapi proporsinya cukup kecil, yang banyak adalah sisi rasionalnya, kesadaran. Sehingga disini manusia penuh dengan pertimbangan, perlu penyadaran, penjelasan, argumentasi untuk melakukan atau menginginkan sesuatu.


2) Manusia adalah mahkuk social, dimana kesosialannya itu dominant, dan ini dapat kita lihat bagaimana “bahasa” sebagai pengungkap ekspresi yang diinginkan, diketahui atau yang mau dilakukan dipengaruhi kemampuan, penggunanan, penguasaan bahkan intonasinya oleh “masyarakat’ dimana ia tinggal. Hampir “semua hal” manusia dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan “hasil pikiran, pengetahuan” katanya tidak akan lepas kapan pemikiran, teori itu ditemukan atau dikemukakan (lihat saja sosiologi pengetahuan, Peter, L Berger, arkeologi pengetahuan, Foucoult, dll).
Oleh karena itu manusia tidak mungkin diisiolasi dalam kesendirian, laboratorium saja dst, mereka perlu komunikasi, sosialisasi dengan manusia lainnya.


3) Manusia adalah mahluk ciptaan Allah, sehingga dalam segala tindakannya harus mengarah pada tujuan penciptaan oleh Tuhan, yaitu untuk ibadah dan menjadi khalifah/pemakmur dimuka bumi. Artinya dalam segala tindakannya manusia harus mengarahkan itu semua untuk ibadah. Lalu apa itu ibadah? Ibadah dari kata a-b-d, abid, budak, dimana kita harus tunduk dan patuh, serta menyenangkan kepada yang diabidi (tuan, pemiliknya, yaitu Allah). Sedangkan allah sendiri tidak memerintahkan apapun kecuali tujuannya kembali kepada manusia (karena Dia Allah tidak butuh apapun dari makhluknya). Jadi dapat kita simpulkan “Ibadah” adalah apapun yang mengarah kepada allah (sekalipun itu tampaknya duniawi, belanja dipasar, jualan, riset kimia di laboratorium dll), sedangkan apapun yang menjauhkan kepada allah itu keingkaran (sekalipun tampaknya ibadah, sholat, baca al-qur’an, sodaqoh, mengajar dll).  


Oleh karena itu melihat dari “Apa itu Manusia”, “Untuk apa Manusia diciptakan”, maka kita seharunya menyusun kurikulum, apa yang mestinya diajarkan, berapa beban perminggunya dll. Berdasarkan wawasan, orientasi diatas. Inilah kerangkan “Pendidikan Idealime Islam”. Dimana manusia disentuh dalam tiga aspek sekaligus yaitu “ Iman, Ilmu dan Amal”, Tuhan, Akal dan Masyarakat”. Bagaimana keseimbangan ini harus dilakukan? Apa proporsinya sama? Atau dominant “Tuhannya”. Itu tergantung kebutuhan. Tetapi yang mesti kita lakukan adalah “ bagaimana memanusiakan manusia”. Sehingga manusia tidak menindas manusia lain, atau manusia ditundukkan untuk kepentingan yang lain, seperti industrialisasi, pembangunan, kapitalisme dunia dst. Sehingga sekolah-sekolah dan semua lembaga diarahkan kesana. Itu bisa kita lihat bagaimana jam-jam Agama sangat minim 2 jam/minggu.


Sementara IPA, IPS, Matematikan hampir 80%. Ini semua untuk supaya anak-anak didik nantinya mampu terintegrasi ke dunia kerja, industrialisasi dst. Sekalipun seperti kata Karl Marx dan juga “Islam”, mereka tidak lagi menjadi manusia, karena mereka sudah tidak punya waktu luang, mereka mirip robot, sehingga sisi manuisawi, refleksi diri hampir tidak pernah dilakukan, kecuali mengikuti prosedur, rutinitas dan serba instant. Mereka teralienasi dari dirinya. Mereka jadi penindas, padahal dia diciptakan bukan untuk seperti itu, mereka menjadi madlum, didholimi, dan terpaksa bekerja, padahal mereka diciptakan dengan “khurriyah, kebebasan”. Yang dholim teralienasi dari dirinya/kemanusiaannya, yang didholimi juga teralienasi dari dirinya/kemanusiaanya. Sama-sama keluar dari kodratnya/tujuan diciptakannya, karena salah dalam sentuhan-sentuhan sisi manusianya dan tidak menyadari tujuan diciptakannya.

Kita (daerah-daerah pinggiran) mungkin belum masuk kemasalah itu dengan parah, maka disinilah kita mesti memiliki orientasi, sehingga kita mampu meramu kurikulum, tujuan pendidikan dll dalam Proses Belajar Mengajar” sehingga mengarah ke dua “Grand Teori Dasar” (apa itu manusia dan tujuan diciptakannya) diatas. Sedangkan metode, quantum learning, Multiple intelegent, kelas unggulan dll, itu sah-sah saja, sebab itu semua berhubungan dengan “efisiensi” proses belajar mengajar, sedangkan “efektifitas” sudah kita canangkan dengan benar. Bila efektifitas kita salah, maka metode-metode canggih itu semua tidak ada artinya atau malah hanya akan mengantarkan kita lebih cepat kearah kehancuran kemanusiaan kita. Wallahu a’lam. 

***Oleh: Muhammad Alwi, SE., MM. 

{ Dapatkan Buku " RAHASIA DAHSYAT TERAPI OTAK"  Plus Bonus CD, klik link di bawah ini....}
Sumber : www.gelombangotak.com/Buku_RASAIA_DAHSYAT_TERAPI_OTAK.htm

Label: , , , ,

Pendidikan dan Globalisasi

Pendidikan adalah apapun upaya dan usaha yang bertujuan. Sehingga disini ada pengandaian-pengandaian yang tersembunyi yaitu tujuan. Apa tujuannya, bagaimana meraih tujuan itu, sarana dan prasarana apa yang dibutuhkan. Tetapi dari semuanya tujuanlah yang banyak "menentukan".
Untuk meraih tujuan itu manusia melakukan persiapan-persiapan dengan berbagai Test. IQ, EQ, SQ dan AQ. Setelah terlihat potensi dasarnya maka akan diteruskan dengan persiapan lain (sarana prasarana) yang mendukung potensi diatas untuk meraih tujuan yang ditetapkan awal. Tetapi yang mesti kita ingat adalah IQ, EQ, SQ dan AQ itu "tidak saling mendukung" walau tidak saling berlawanan (minimal ini dari penelitian oleh Stephen Rosen; 1997).

Padahal kalau kita lihat tujuan pendidikan yang oleh UNESCO dikatakan dengan empat pilar pendidikan yaitu Learning to Know (instrumen pemahaman akan diri sendiri dan lingkungannya. Tahu apa itu ATM, tahu bermacam-macam hewan, tumbuhan dst), Learning to Do (memungkinkan pembelajar untuk mengaplikasikan pemahamannya dan bertindak secara kreatif. Ini kemampuan kemampuan teknis yang biasanya disesuaiaan dengan kebutuhan gelar dan pasar tenaga kerja), Laerning to Live Together (Kerja sama, Kepemimpinan, pelestarian nilai-nilai budaya dst) dan Learning to Be (ini adalah gagasan yang agak idealis dimana diharapkan pembelajar tahu siapa dirinya dalam hubungannya dengan orang lain dan alam, mengerti apa yang harus dilakukan dan melakukannya dengan baik).

Jelas dari uraian diatas, kesemuanya itu mengacu pada keempat kecerdasan yang telah disebutkan. Tetapi mengapa "seakan" pendidikan dalam lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun informal tidak berhasil dan boleh dikatakan gagal? Bahkan kata Paul Friere (pendidik kelompok Marxian), pendidikan sekarang bukan "membebaskan manuia kepada kemanusiaannya malah membodohkan dan membelenggu, mengasingkan manusia dari kemanusiaannya".

Ada beberapa hal yang mesti kita pikirkan dan diskusikan lebih lanjut, yaitu pengaruh "Materialisme-kapitalisme". Dimana dengan faham diatas tujuan dari segala tujuan direduksi menjadi satu kata "efisiensi". Efisiensi disempitkan menjadi yang bermanfaat (pragmatisme), dan yang bermanfaat itu harus dapat diukur (measurable) dan ukurannya harus kasat mata dan dinotasikan dengan bentuk pertukaran dengan yang lain dan alat ukurnya adalah "Uang".

Maka akhirnya uang menjadi segalanya (walau kita bukan berarti menafikan perlunya uang), dengan ini akhirnya kita lihat bagaimana kita gusar bila anak-anak didik kita nilai Matematikanya rendah, Bahasa Inggrisnya rendah. Tetapi kita tidak terlalu peduli dengan pelajaran Sejarah Kebudayaan, Sosiologi, Antropologi dst. Karena "pasar" dan untuk mendapatkan "uang", diakui di masyarakat dst, bila kita mampu menguasai bidang-bidang itu.

Kita lihat bagaimana contoh dimasyarakat kita; lest Matematika, Fisika, Kimia, B. Inggris dst menjamur dimana-mana (bahkan dengan biaya yang cukup tinggi). Tetapi apakah sama semaraknya lest-lest itu dengan lest B. Arab, Sejarah, Aqidah/Tauhid, Sosiologi, Antropologi dst. Dan yang jarang menjadi perhatian kita adalah bahkan dalam "lembaga pendidikan berbasis agama" dan orang tua-orang tua yang paling agamis sekalipun tidak luput dari upaya ini. Mereka gusar dan akan mengeleskan anaknya Matematika, B. Inggris dst, melebihi kegusarannya dibanding pelajaran lainya.

Ini memang cukup beralasan kata Karl Marx, sebab kita itu makan, berpakaian dulu, baru berfikir, bermasyarakat dan beragama. Apakah jangan-jangan betul kritikan Marx itu pada kita? Wallahu a'lam.
Tetapi memang seharusnya kita memikirkan antara ide dan realita dalam pendidikan. Antara yang semestinya harus diupayakan dan kenyataan yang mesti dihadapi. Dengan ini maka kita punya "strategi kebudayaan" kata C.A. Paursen. Kalaupun ikut arus, itu karena dengan sadar karena tidak atau sulit untuk melawan, tetapi mengetahui lubang-lubang didalamnya bahkan tekadang mengupayakan perubahan-perubahan baik dari dalam atau melakukan perlawanan-perlawanan untuk menentang arusnya.

Dan peringatan, sejarah, pengalaman masa lampau itu mestinya kita ambil, dan yang mampu mengambil peringatan-peringatan itu hanyalah mereka yang kata tuhan sebagai  "ulil albab".

{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk kecerdasan,konsentrasi,dan daya ingat  , klik link di bawah ini......}
Sumber : www.gelombangotak.com/kecerdasan_daya_ingat.htm

Label: , , , ,