Rabu, 27 Juli 2011

Rokok bagi Remaja, Gaya atau Bahaya?

IKLAN-iklan menggambarkan bahwa rokok, khususnya bagi kaum pria, melambangkan kejantanan dan sportivitas. Rokok menjadi gaya hidup dan citra diri seseorang yang sehat, sukses, dan dinamis. Dalam usahanya memperluas pasar bagi produknya, perusahaan rokok, bahkan menjadikan remaja sebagai target utama mereka. Mengingat kebiasaan merokok di masa remaja akan terbawa terus sampai kita dewasa, image yang terus-menerus ditanamkan di benak kita oleh para produsen rokok ini sudah saatnya kita cermati dan kaji ulang.
Kita tentunya sudah lama tahu bahwa merokok dapat mempertinggi risiko seseorang untuk terkena kanker paru-paru, serangan jantung, stroke, kanker mulut dan tenggorokan. Hal inilah yang membuat iklan rokok yang menggambarkan kemenangan para atlet lomba dayung, terasa menggelikan. Betapa tidak, untuk menjuarai olahraga apa pun (mungkin kecuali catur dan bridge) diperlukan kekuatan fisik, yang jelas tidak mungkin dimiliki oleh para perokok yang sering kehabisan napas.

Iklan rokok juga sering menampilkan pria yang macho atau jantan. Padahal, ternyata, penelitian menunjukkan sebaliknya. Karena mengandung mutagen dan karsinogen, rokok mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan reproduksi pria. Selain mengurangi mutu sel sperma dan menurunkan kemampuannya untuk membuahi sel telur, rokok juga dapat merusak organ reproduksi pria seperti testis dan merusak spermatogenesis. Dari sini kita tentu bisa mempertanyakan kembali citra yang diiklankan oleh produsen rokok tadi. Di mana letak kejantanannya, kalau ternyata rokok menyebabkan pria sulit mendapatkan keturunan atau bahkan impoten?

Sementara itu, bahaya rokok bagi wanita sudah lama diketahui orang. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa merokok berbahaya bagi kesuburan wanita. Wanita perokok berisiko mengalami menopause (berhenti menstruasi) dini, dengan komplikasi berupa osteoporosis dan penyakit jantung. Selain itu, merokok bisa meningkatkan risiko infertilitas (ketidaksuburan), karena kerusakan serviks dan saluran indung telur, menyebabkan aborsi spontan dan bahkan mempersulit kemungkinan memperoleh anak melalui program bayi tabung.
Selain berbahaya bagi perokok, asap rokok juga berbahaya bagi orang yang berada di sekitarnya, yaitu yang dikenal dengan sebutan perokok pasif. Perokok pasif mempunyai risiko yang sama dengan perokok aktif. Hal inilah yang menyebabkan ruang gerak perokok makin dibatasi. Di negara-negara maju, merokok di tempat umum dilarang dan dianggap mengganggu kenyamanan masyarakat umum dan pelakunya dapat didenda. Banyak kantor yang menyatakan diri sebagai daerah bebas rokok. Bahkan, tidak jarang kantor-kantor ini mempersyaratkan tidak merokok dalam proses seleksi calon karyawannya. Sekali lagi, citra eksekutif muda sukses yang digambarkan produsen rokok dipertanyakan. Bagaimana seorang perokok mau sukses kalau cari pekerjaan saja sulit?

Kalau kita sudah tahu bahayanya, mengapa sih kita sulit berhenti merokok? Nikotin yang terkandung pada rokok merupakan salah satu zat adiktif yang dapat menyebabkan kecanduan. (Perusahaan rokok besar di Amerika Serikat coba menutupi hal ini, namun akhirnya berhasil diungkap oleh "orang dalam". Kalian bisa menyaksikan hal ini dalam film kisah nyata The Insider yang dibintangi Russel Crowe). Karena itu, tidak heran bahwa perokok sulit meninggalkan kebiasaannya itu. Apalagi bila kebiasaan ini dimulai pada saat kita masih remaja.

Memang, hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah, masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah nantinya kita menjadi perokok atau bukan.

Mengatasi "peer pressure"

Namanya remaja, tentu enggak bebas dari peer pressure atau tekanan teman sebaya. Kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena ikut-ikutan teman, selain karena terpengaruh oleh image yang diciptakan oleh produsen rokok (misalnya, dengan menggunakan idola remaja sebagai bintang iklan) atau karena punya orangtua perokok.

Mengatakan "tidak" pada ajakan untuk merokok memang bukan hal yang mudah, apalagi kalau semua teman kita merokok. Akan tetapi, dengan mengingat bahwa sekali merokok, kemungkinan besar kita jadi perokok untuk seterusnya yang berarti memikul risiko seperti yang sudah kita bahas tadi, kita bisa lebih "tabah" dan tetap berkata tidak.

Selain itu, gambaran bahwa merokok menunjukkan pribadi yang cool atau keren juga sudah saatnya direvisi. Gimana mau keren kalau ternyata rokok bikin napas dan baju kita berbau tak sedap, yang berakibat dijauhi oleh cewek atau cowok yang kita taksir? Rokok juga bikin gigi dan ujung jari berwarna kekuning-kuningan. Hal ini tentunya menghancurkan penampilan karena membuat senyum jadi enggak cemerlang dan cutex jadi enggak kelihatan cantik. Selain itu, yang sudah pasti, rokok juga bikin bokek. Mendingan duitnya dipakai beli kaset atau nonton atau untuk traktir cem-ceman kita daripada dibakar begitu saja kan?

Kalau kita merokok, bagaimana cara berhenti?

Pikirkan alasan-alasan kenapa kita mau berhenti merokok. Misalnya, karena dengan tidak merokok kita bisa:

Berpenampilan lebih rapi dan wangi

Menikmati melakukan olahraga dan aktivitas lain

Menghemat uang jajan

Mengurangi risiko terkena kanker, sakit jantung, dan stroke

Hidup lebih lama daripada teman-teman yang merokok

Terapi Otak dengan dokter. Dokter akan dapat memberikan saran apa yang harus kita lakukan pada saat-saat ketika kita merindukan rokok

Tetapkan waktu untuk berhenti merokok. Pilih saat yang santai atau pada saat kita tidak sedang stres.

Kenali hal-hal yang menjadi pemicu yang membuat kita ingin merokok.

Minta dukungan dari keluarga dan teman

Mulai berolahraga atau melakukan aktivitas yang menyenangkan untuk menghilangkan stres dan meningkatkan kesehatan.

Cukup istirahat

Makan menu yang sehat dan seimbang

Bergabung dengan program penghentian merokok, atau ikuti support group.

DI Amerika Serikat, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan AS bekerja sama dengan University of Michigan pada bulan Desember 2001, menyatakan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir ini jumlah remaja yang merokok menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya kampanye antirokok yang senantiasa dilancarkan dengan gencar melalui media massa, di rumah, dan di sekolah, serta larangan penjualan rokok bagi anak dan remaja di bawah umur. Selain itu, pengiklanan rokok juga dibatasi oleh undang-undang pemerintah setempat.

Dengan berkurangnya konsumen di negara maju, tidak heran kalau para produsen rokok mulai menyerang remaja di negara berkembang seperti Indonesia. Sekarang semuanya terserah kita. Kalau kita enggak mau jadi korban, sudah saatnya bagi kita untuk berkata tidak. Bagi yang sudah mulai merokok, belum terlambat untuk menghentikannya. Bagi yang belum, enggak usah deh, coba-coba.

Kita juga bisa bertindak lebih jauh lagi dari sekadar mengajak teman berhenti merokok, misalnya, dengan menolak disponsori oleh produsen rokok dalam menyelenggarakan kegiatan keremajaan seperti festival band di sekolah. Walaupun memang kita butuh bantuan finansial, kalau hal ini merusak masa depan kita dan teman-teman, tidaklah yauw...
*(Guntoro Utamadi, PKBI Pusat )

{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk menurunkan berat badan ,klik link di bawah ini.......} 
Sumber : www.gelombangotak.com/menurunkan_berat_badan.htm

Label: , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda