Jumat, 15 Juli 2011

Lulus SMU, Apa yang Dituju?

Masih ingat nggak, sewaktu kita masih kecil, kita sering ditanya orang tua, guru dan teman main kita, apa cita-cita kita? Mau jadi apa kalau kita sudah dewasa kelak? Dulu, mungkin kita bisa dengan mudah menjawabnya: mau jadi dokter, polisi, guru, bintang film atau apapun tergantung profesi apa yang kita anggap hebat atau siapa yang menjadi idola kita saat itu. Guru SD kita bahkan mengajari kita: “Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Akan tetapi, semakin kita tumbuh dewasa dan seharusnya sudah menentukan pilihan, banyak dari kita yang malah nggak tau lagi mau jadi apa. Padahal, kalau kita nggak tau mau jadi apa, kita juga akan sulit menentukan mau sekolah di mana. Sementara itu, waktu semakin mendesak, sebentar lagi kita sudah menghadapi EBTANAS dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi. Jadi, gimana dong?
 Kesulitan utama yang sering kita hadapi dalam menentukan kita mau sekolah di mana, adalah karena kita belum tahu, profesi apa yang akan kita geluti. Untuk itu, tentu kita terlebih dahulu harus menjawab pertanyaan: mau jadi apa kita nanti?  Hal ini bisa didapat dengan melihat faktor eksternal seperti pekerjaan apa yang dibutuhkan di masyarakat dengan mempertimbangkan faktor internal dalam diri kita sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan kita.
Banyak sekali pilihan profesi yang bisa kita tekuni, nggak terbatas hanya pada dokter atau insinyur saja. Untuk itu, kita perlu membuka wawasan kita. Caranya, dengan bertanya kepada orang tua, guru, dan juga dengan banyak membaca. Coba aja kita buka di halaman Kompas ini, misalnya, seringkali terdapat iklan lowongan pekerjaan. Dari situ kita bisa tahu, profesi apa yang dibutuhkan dewasa ini dan bagaimana cara meraihnya.

Selain itu kita juga perlu punya wawasan ke depan, kira-kira apa yang dibutuhkan di masa datang. Waktu saya masih SMU (dulu namanya SMA), profesi akuntan masih merupakan profesi yang sangat dibutuhkan, dan itu yang membuat banyak orang berbondong-bondong masuk ke jurusan akuntansi. Sementara itu jarang yang tertarik untuk mengambil jurusan sosiologi atau kriminologi. Bahkan teman saya yang masuk jurusan kriminologi pun diledek banyak orang sebagai “asal sekolah”. Tetapi ternyata, dengan situasi sosial Indonesia sekarang ini, ternyata sosiolog dan kriminolog mendapat tempat yang sangat baik di masyarakat. Mereka sering diminta berbicara sebagai nara sumber di televisi atau seminar untuk mengomentari masalah sosial di Indonesia saat ini.

Setelah tahu apa yang terjadi di luar diri kita, seperti profesi apa saja yang ada di masyarakat, tinggal kita mengamati diri kita sendiri. Apa bidang yang kita minati, di mana letak kekuatan dan kelemahan kita, sampai di mana kemampuan kita? Banyak sekolah yang menyelenggarakan tes minat dan bakat bagi siswanya sebelum penjurusan. Tes minat dan bakat bertujuan membantu para siswa tadi untuk menemukan bidang apa yang diminati dan sesuai dengan kemampuannya, menentukan mau jadi apa kelak, sehingga dapat memilih jurusan yang paling cocok. Penjurusan ini bertujuan untuk membuat kita dapat lebih focus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan profesi yang dicita-citakan, yang akan lebih kita dalami lagi nanti di perguruan tinggi.

Kalau sekolah kita menyelenggarakan semacam tes ini, kita dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk benar-benar menggali potensi diri kita. Terapi Otak dengan guru, wali kelas atau psikolog akan sangat membantu kita agar untuk mendapatkan yang terbaik.

Kita harus selalu ingat bahwa yang terbaik bagi kita belum tentu sama dengan orang lain bahkan sahabat kita. Misalnya begini, Budi berpotensi besar dalam bidang masak memasak, dan selama ini memang memasak menjadi hobinya, dia tidak perlu ragu untuk meneruskan sekolah di bidang perhotelan walaupun Sari, pacarnya, akan masuk fakultas teknik jurusan perminyakan karena memang ini yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Jangan sampai kita memaksakan diri untuk memilih suatu jurusan hanya biar bisa bareng dengan sahabat atau pacar kita. Iya kalau kita bisa betah dan cocok di situ, kalau enggak, kan kita sendiri yang rugi?

Jaman sekarang ini, nggak ada lagi yang namanya profesi cowok atau profesi cewek. Nggak masalah buat cowok untuk belajar masak atau gunting rambut, seperti juga tidak ada salahnya cewek belajar teknik mesin atau peternakan. Kita nggak perlu malu berbeda dari orang lain, kalau kita yakin bahwa kita memang akan sukses di bidang yang akan kita geluti ini.

Kadang kala kita juga harus bersikap realistis, kalau ternyata kemampuan kita terbatas, baik karena kendala fisik maupun intelektual, sehingga tidak dapat meraih apa yang kita cita-citakan sejak kecil. Sekaranglah saatnya untuk memikirkan kembali dan merevisi impian masa depan kita. Misalnya, Deni sejak kecil ingin menjadi pilot, tetapi ternyata semakin dia dewasa, kaca matanya semakin tebal, atau Dini yang dari kecil bercita-cita jadi dokter tetapi setelah di SMU nilai biologi dan fisikanya selalu rendah dan dia malah meraih nilai tinggi di pelajaran akuntansi. Mereka tidak perlu ragu-ragu untuk banting setir dan memilih jurusan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka.

Selain kemampuan fisik dan intelektual, kemampuan finansial juga harus diperhatikan. Biaya pendidikan di Indonesia termasuk tinggi. Biaya pendidikan ini mencakup uang kuliah dan harga buku yang harus dibeli untuk menunjang kegiatan belajar. (Membandingkan biaya pendidikan di Indonesia dengan di luar negeri tentunya harus dilihat sebagai perbandingan antara penghasilan per kapita orang Indonesia dengan biaya pendidikan, bukan hanya dilihat dari perbandingan antara biaya pendidikan di Indonesia dengan di negara lain bila dinilai dalam dolar karena hal ini hanya akan menghasilkan perbandingan yang menyesatkan).

Apakah orang tua kita akan mampu membiayai pendidikan kita? Apakah kita bisa membiayai sendiri pendidikan kita dengan bekerja sambilan, misalnya? Kalau mampu, sampai seberapa kemampuan itu? Apakah cukup untuk kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN) yang biayanya cenderung lebih murah karena disubsidi pemerintah, atau cukup juga untuk membiayai kuliah di perguruan tinggi swasta (PTS) kalau ternyata kita tidak lulus UMPTN atau jurusan yang kita inginkan tidak tersedia di PTN? Apabila sekolah yang kita inginkan terdapat di luar kota tempat kita dan ortu tinggal sekarang, mampukah kita membayar pemondokan dan biaya lain yang harus dikeluarkan selama kita belajar? Semua itu harus kita pertimbangkan masak-masak. Diskusikan secara terbuka dengan orang tua, sampai seberapa jauh kemampuan mereka menyekolahkan kita.

Walaupun masalah biaya harus dipikirkan, jangan sampai hal ini menghalangi cita-cita kita. Banyak institusi, baik sekolah maupun korporasi yang menawarkan program beasiswa. Untuk itu, kita perlu mencari tahu, di mana saja perguruan tinggi yang menawarkan beasiswa. Beberapa perguruan tinggi kedinasan menawarkan pendidikan tanpa dipungut biaya dengan catatan para siswanya setelah lulus akan menjalani ikatan dinas untuk bekerja pada instansi pemerintah tertentu. Beberapa perusahaan juga menawarkan beasiswa dengan cara mendanai biaya kuliah siswa yang berpreatasi kemudian merekrut siswa itu untuk bekerja di perusahaan tersebut setelah lulus.

Beberapa negara sahabat, seperti misalnya Jepang, juga menawarkan program beasiswa bagi lulusan SMU untuk belajar di negara itu. Ini merupakan kesempatan emas yang sayang untuk disia-siakan. Biasanya kedutaan besar mereka mengirim surat ke sekolah-sekolah tertentu untk menawarkan kesempatan ini. Tapi kalau sekolah kita tidak ditawari, bukan berarti kita nggak boleh daftar. Siapa tahu mereka memang belum punya alamat sekolah kita. Kitalah yang harus aktif mencari informasi, misalnya dengan mencari di internet.

Satu hal lagi, tidak ada yang mengharuskan kita meraih gelar sarjana. Tidak semua profesi harus diraih dengan kuliah di universitas sampai kita meraih gelar sarjana. Beberapa program diploma menawarkan pengajaran yang dapat membuat siswanya siap bekerja. Misalnya, akademi sekretari, akademi komputer dan akademi pariwisata. Sekolah-sekolah itu menawarkan ilmu praktis dan kita bisa langsung mendapatkan pekerjaan segera setelah lulus. Semuanya terpulang kembali kepada kita, apa keinginan kita dan sampai sejauh mana kemampuan kita.

Nah, kalau setelah mempertimbangkan minat, bakat dan kemampuan, kita sudah yakin kita mau jadi apa, sekarang tinggal bagaimana mencapai cita-cita kita itu. Kita tentunya sadar bahwa, apapun yang kita inginkan, kita bukan satu-satunya orang yang ingin meraih hal itu. Kita akan berhadapan dengan situasi persaingan yang ketat. Jangan memilih sekolah hanya karena ingin mencari bidang yang saingannya sedikit dan bukan karena kita memang tertarik pada bidang itu. Intinya, jangan takut bersaing.

Hadapilah persaingan dengan wajar, dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Caranya? Ya belajar. Belajar bisa dilakukan sendiri atau berkelompok, dengan berdiskusi dan tanya jawab dengan teman. Kalau kita punya uang cukup, kita juga bisa bergabung dengan bimbingan tes masuk perguruan tinggi. Hal ini sering kali menolong karena bimbingan tes semacam ini punya berbagai macam soal dan mengajarkan trik-trik menjawab pertanyaan ujian. Akan tetapi, kalau ini terlalu mahal, kita juga bisa membeli buku kumpulan soal UMPTN/PTS dan belajar sendiri atau mendiskusikannya dengan teman lain. Atau, mungkin kita bisa menimba ilmu dari teman yang ikut bimbingan tes. Pokoknya, banyak deh, cara untuk belajar!

Kalau sudah tahu apa yang kita mau, sudah belajar dan berusaha sebaik mungkin, sisanya tentu tinggal kita pasrahkan kepada Tuhan. Karena bagaimanapun, manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Semoga sukses meraih cita!

Guntoro Utamadi dan Paramita Muljono


( Dapatkan CD terapi gelombang otak general brainwave,klik link di bawah ini......)
Sumber : www.gelombangotak.net/detail/general-brainwave-kumpulan-audio-terapi-gelombang-otak.26

Label: , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda