Rabu, 13 Juli 2011

Jatuh Cinta, Berjuta Rasanya

KISAH kasih sepasang manusia sudah begitu seringnya dijadikan bahan cerita yang hadir di tengah-tengah kita dari masa ke masa, baik dalam bentuk cerita turun-temurun, buku, film, maupun sandiwara radio. Ada cerita yang diilhami dari kisah nyata, tapi ada juga orang yang kisah cintanya seperti di film. Sebetulnya apa sih cinta itu? Mengapa topik yang satu ini seperti tidak ada habis-habisnya untuk diceritakan, dibahas, dan diperdebatkan? Yang lebih penting lagi, apa arti cinta bagi remaja? Berbagai terminologi digunakan orang untuk melukiskan bagaimana rasanya jatuh cinta itu. Ada yang bilang bahwa jatuh cinta itu serasa indah sekali, sehingga semua di sekeliling kita juga terasa indah. Ada yang bilang bahwa cinta terasa menyesakkan dada sehingga harus diungkapkan kepada pihak yang dijatuhi cinta. Cinta membuat kita berdebar-debar, berkeringat, dan salah tingkah bila berada di dekat Si Dia.

Semua itu sebetulnya merupakan fase ketertarikan yang bisa dijelaskan secara psikologis maupun fisiologis. Pada saat kita tertarik pada seseorang, otak kita mengirimkan signal ke tubuh untuk memproduksi hormon tertentu yang akhirnya memunculkan reaksi-reaksi seperti di atas. Siapa yang bisa membuat kita tertarik tentunya sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi serta bagaimana kita dibesarkan.

Sebagai bagian dari satu paket yang dikenal dengan istilah pubertas, bersamaan dengan adanya perubahan fisik, emosional, dan seksual, remaja juga mulai mengalami perasaan tertarik pada lawan jenis (atau, dalam kasus homoseksual, pada sesama jenis) yang diikuti dengan perasaan jatuh cinta. Hal ini merupakan hal yang normal, walaupun tidak berarti bahwa remaja yang belum pernah jatuh cinta memiliki masalah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jackson (2001), remaja cenderung jatuh cinta pada orang yang sudah dikenal dengan baik, seperti teman sekolah, teman bermain atau tetangga (yang belakangan ini jarang terjadi di kota-kota besar di mana interaksi antartetangga sangat kurang dibanding di kota kecil). Mengingat besarnya tekanan sebaya bagi remaja, biasanya remaja juga akan jatuh cinta dengan orang-orang yang disetujui oleh sahabat-sahabatnya.

Dengan hadirnya internet di dunia kita, maka interaksi kita dengan orang lain juga lebih bervariasi. Yang tadinya berkenalan harus secara fisik (ketemu di sekolah, di jalan, di bus, atau di acara-acara tertentu), sekarang remaja dengan mudahnya berkenalan dengan orang asing melalui chatting di internet, sekaligus juga membuka peluang untuk jatuh cinta. Namun, seperti pernah kita bahas pada Curhat terdahulu, keindahan dunia maya tidak selalu disertai dengan keindahan di dunia nyata. Banyak orang memalsukan identitasnya di internet untuk mengambil manfaat dari lawan ngobrolnya. Hal inilah yang tentu harus kita waspadai.

Cinta pada pandangan pertama

Walaupun film, buku, dan media massa sering menyebut-nyebut tentang cinta pada pandangan pertama, banyak orang yang berpendapat bahwa hal ini hanya membesar-besarkan romantisme dan sangat jarang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Mereka berpendapat bahwa akan sulit mencintai seseorang yang kepribadiannya belum dikenal secara lebih jauh. Ketertarikan memang tidak bisa begitu saja disamakan dengan cinta, mengingat cinta melibatkan emosi yang lebih dalam.

Budaya pop, terutama media massa lebih memusatkan perhatian pada cinta romantis, sehingga mempengaruhi banyak orang untuk berpikir bahwa inilah bentuk cinta sejati yang harus dimiliki setiap pasangan. Pada kenyataannya, menurut para pakar, cinta yang romantis hanyalah bagian awal dari sebuah perjalanan panjang, dan banyak orang justru melakukan kesalahan fatal pada tahap ini.

Tahap cinta berikutnya, walaupun tidak seintens cinta romantis, biasanya lebih dalam, lebih membahagiakan dan tentu saja lebih terasa aman karena sudah mengenal pasangan dengan lebih baik. Untuk mencapai tahap ini tentunya diperlukan waktu yang lebih lama, karena dalam kurun waktu tertentu itu pasangan bisa saling belajar baik tentang dirinya sendiri maupun pasangannya.

Jatuh cinta pada pandangan pertama dapat menjadi titik tolak dari perjalanan menuju cinta yang lebih jauh. Tapi sekali lagi, hal ini bisa jadi bahaya. Karena pada awalnya kita sering mengira bahwa ketertarikan sama dengan cinta, tidak sedikit remaja yang terpeleset dan menyerahkan segala-galanya kepada pasangannya karena mengira bahwa inilah cinta sejatinya.


Apakah seks sama dengan cinta?

Banyak remaja (terutama remaja putri) yang melakukan hubungan seks bukan karena mereka secara fisik ingin melakukannya, namun hanya karena mereka percaya bahwa mereka perlu memberikan kepuasan seksual kepada si cowok agar tetap mencintai mereka. Mereka berpikir bahwa seks merupakan bukti cinta, mungkin juga karena pasangannya selalu mengatakan hal yang serupa.

Sialnya, pada beberapa kasus, setelah mendapatkan seks, si cowok justru memutuskan hubungan dan menganggap pacarnya "bukan cewek baik-baik". Hal ini tentu sangat tidak adil bagi si cewek. Kalaupun pada saat melakukan hubungan seks si cowok menggunakan kondom sebagai proteksi terhadap kehamilan dan infeksi menular seksual, masih ada satu hal yang tidak bisa diproteksi, yaitu hati dan perasaan. Tentu ditinggalkan kekasih hati akan terasa sangat sakit, apalagi bila kita sudah merasa menyerahkan segala-galanya bagi sang pacar.

Karena itulah, kita harus berpikir seribu kali sebelum mengatakan "ya" pada hubungan seksual sebelum pernikahan. Pikirkan lagi konsekuensi yang bisa terjadi pada diri kita dan pasangan kita. Jangan mau jadi korban, dan jangan membuat orang lain menjadi korban dari perilaku kita yang tidak bertanggung jawab. Kalau kita memang benar-benar cinta, tentunya kita akan sabar untuk menunggu saat yang tepat untuk melakukan hubungan seks, dan tidak akan dengan mudah mengatasnamakan cinta demi seks.

Nah, teman-teman, kita mesti ingat bahwa masa remaja ini masa belajar, juga dalam hal cinta. Selain menyikapinya dengan wajar, jangan lupa untuk menikmatinya. Jatuh cinta di masa remaja semestinya membawa kesenangan yang sifatnya positif bagi kedua belah pihak. Bikin kita lebih semangat belajar di sekolah dan menatap dunia dengan lebih cerah. Makanya, kalau kamu merasa bahwa pacarmu (atau gaya pacaran kalian) membuatmu nggak happy, apalagi kalau sampai melibatkan kekerasan baik fisik, emosional, maupun seksual, mungkin sudah waktunya untuk meninjau kembali hubungan kalian. Pikir lagi, mau terus atau berhenti di sini saja. Kalau bingung, kamu bisa meminta bantuan orangtua, guru, atau Terapi Otak ke Youth Center terdekat. Okay?

Guntoro Utamadi

( Dapatkan CD terapi gelombnag otak untuk anak hiperaktif,klik link di bawah ini........) 
Sumber : www.gelombangotak.com/anak_hiperaktif.htm

Label: , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda