Rabu, 13 Juli 2011

Asertifkah Kita?

Sikap asertif adalah sikap di mana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya, membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, bersikap asertif juga berarti mengomunikasikan apa yang kita inginkan secara jelas dengan menghormati hak pribadi kita sendiri dan hak orang lain. Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur dan wajar. Kemampuan untuk bersikap asertif ini sangat penting dimiliki sejak dini, karena hal ini akan membantu kita untuk bersikap tepat menghadapi situasi di mana hak-hak kita dilanggar.Akan tetapi, jangan salah, sikap asertif berbeda dengan sikap agresif. Sikap agresif adalah sikap membela diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain. Perilaku agresif sering bersifat menghukum, kasar, menyalahkan atau menuntut. Hal ini termasuk mengancam, melakukan kontak fisik, berkata-kata kasar, komentar menyakitkan dan juga menjelek-jelekkan orang lain di belakang.

Mengapa kita seringkali tidak mau bersikap asertif? Banyak orang tidak berani bersikap asertif karena takut akan tidak disukai atau menyakiti perasaan orang lain. Kita tidak sadar bahwa walaupun kita mungkin menghindari situasi tidak nyaman dengan bertindak tidak asertif, kita justru bisa membahayakan hubungan jangka panjang kita dengan orang lain. Gimana enggak, kalau kita tidak berani mengemukakan keinginan dan pendapat kita sendiri, yang mungkin terjadi adalah kita diarahkan bahkan dimanfaatkan oleh orang lain. Misalnya, di hari Minggu pagi pacar kamu menawarkan: mau main tenis atau berenang. Sebetulnya kamu ingin berenang, tetapi karena kamu tidak bisa bersikap asertif kamu bilang, terserah. Akhirnya dia yang memutuskan untuk main tenis aja. Begitu setiap hari Minggu, sampai lama-lama dia pikir kamu memang hobi main tenis seperti dia. Padahal yang terjadi sebetulnya kamu sangat tersiksa karena tenis membuat lutut dan punggungmu terasa amat sakit.

Contoh tadi itu masih berupa kasus ringan. Banyak hal serius dalam hidup ini yang menuntut kita untuk mengambil sikap yang jelas, bahkan terhadap orang yang dekat dengan kita. Di masa remaja, kita banyak mengalami tekanan atau pressure, baik dari peer (teman sebaya), lingkungan sosial maupun dari orangtua dan guru. Dari semua itu yang dirasa paling berat dan paling mempengaruhi perilaku remaja adalah tekanan sebaya atau yang dikenal dengan istilah peer pressure. Tanpa sadar, kita mendapat tekanan untuk berpenampilan dan berperilaku seperti remaja lain. Sehingga akhirnya kita masuk pada situasi di mana kita merasa harus seperti remaja lain untuk dapat diterima dan tidak disisihkan dari pergaulan.

***
BANYAK remaja yang melakukan hal-hal yang akhirnya mempengaruhi masa depan dan jalan hidupnya hanya karena ikut-ikutan temannya. Penelitian yang dilakukan oleh Family and Consumer Science di Ohio, Amerika Serikat, menunjukkan fakta bahwa kebanyakan remaja memulai merokok karena dipengaruhi oleh temannya, terutama sahabat yang sudah lebih dahulu merokok. Remaja yang bergaul erat dengan teman sebayanya yang merokok atau terbiasa dengan lingkungan yang merokok akan lebih mudah untuk ikut-ikutan merokok, terutama bila remaja tadi rentan terhadap tekanan sebaya. Hal yang sama juga terjadi pada penggunaan alkohol dan NAPZA, bahkan berhubungan seks dengan pacar.

Sebagian remaja memulai berhubungan seks dengan pacarnya juga karena hal ini merupakan kebanggaan tersendiri yang kemudian dapat dipamerkan kepada temannya: "Gue dong, sudah 'anu' dengan pacar gue." Perilaku seperti ini terutama biasanya dilakukan oleh pihak cowok. Sedangkan cewek biasanya tidak mau bahkan cenderung malu untuk memamerkan ke teman-temannya bahwa dirinya sudah berhubungan seks dengan pacarnya, lagi-lagi karena terdapatnya standar ganda terhadap perilaku seks laki-laki dan perempuan.

Di lain pihak, ketidakmampuan untuk bersikap asertif sering berperan terhadap terjadinya hubungan seks yang sebetulnya tidak diinginkan. Contohnya aja yang sering terjadi dan beberapa kali dibahas di Curhat, seorang remaja melakukan hubungan seks karena tidak berani menolak keinginan pacarnya, takut diputusin, atau takut pacarnya malah berhubungan seks dengan orang lain. Hal ini tentu sangat disayangkan, apalagi apabila hubungan seks tadi berdampak lebih jauh seperti terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki dan penularan penyakit menular seksual (PMS).

Banyak studi yang telah dilakukan oleh universitas dan lembaga penelitian di negara maju sehubungan dengan peer pressure dan kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, Napza, serta hubungan seksual yang dilakukan oleh remaja. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa semua itu berkaitan dengan kemampuan remaja yang bersangkutan untuk bersikap asertif. Untuk memperbaiki kondisi ini, banyak lembaga bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang memberikan pelatihan untuk meningkatkan asertivitas di kalangan remaja.


***
BAGAIMANA bersikap asertif? Pertama-tama kita perlu lebih mengenal diri kita sendiri. Kembangkan sistem nilai dan kepercayaan yang membuat kita dapat bersikap asertif. Hal ini memang bagian tersulit, karena sekaligus juga berarti memberi kesempatan pada diri kita sendiri untuk marah, untuk berkata tidak dan untuk membuat kesalahan.

Langkah berikutnya adalah dengan mempelajari keterampilan bersikap asertif, mulai dari yang bersifat mendasar seperti mengungkapkan apa yang kita inginkan, kemudian juga dengan memperhatikan keinginan orang lain, tetapi tetap mampu mengemukakan apa yang kita inginkan. Tingkat yang lebih jauh adalah kemampuan untuk meningkatkan skala asersi kita pada saat kita sudah mengungkapkannya tetapi hak kita tetap dilanggar.

Sementara itu, kembangkan kemampuan komunikasi kita. Hal ini mencakup adanya kontak mata dan sikap tubuh yang terbuka dan santai pada saat kita berkomunikasi dengan orang lain. Sementara itu usahakan agar ekspresi wajah sesuai dengan pesan yang ingin kita sampaikan, nada suara mantap, dan memilih saat yang tepat.

Untuk bersikap asertif memang tidak bisa hanya dengan membaca buku melainkan memerlukan praktik dan latihan berulang-ulang. Kita juga bisa mempraktikkannya di kalangan teman atau keluarga. Mintalah bantuan mereka untuk mengevaluasi apakah kita sudah cukup asertif.

Sebagai langkah awal, kamu bisa tes asertivitas kamu dengan menjawab di bawah ini. Jawablah benar atau salah pertanyaan di bawah ini dengan jujur:

1. Saya hampir tidak pernah minta bantuan kepada orang lain

2. Saya biasanya mengalah bila berbeda pendapat dengan orang lain

3. Apabila seseorang mengganggu saya, biasanya saya tidak menanggapinya langsung, tetapi dengan menyindir

4. Saya merasa bersalah bila meninggikan suara atau berbicara dengan keras

5. Saya tidak suka menolak orang lain yang minta tolong

6. Saya merasa kesulitan memberi tahu orang bahwa saya berubah pendapat setelah sebelumnya menyetujui untuk melakukan sesuatu

7. Saya merasa malu bila orang lain mempertanyakan tindakan saya

8. Saya hanya mengemukakan pendapat saya bila saya sedang marah

9. Saya selalu mendahulukan kepentingan orang lain

10. Saya berusaha keras menyenangkan orang lain

11. Saya sering minta maaf bila berseberangan pendapat dengan orang lain

12. Dalam diskusi di kelas, saya sulit mengungkapkan pendapat saya walaupun saya merasa bahwa pendapat saya penting

13. Bertanya kembali apabila saya tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain membuat saya merasa bodoh

14. Saya tidak berusaha menyelesaikan masalah dan hanya berharap masalah itu akan beres dengan sendirinya.

15. Saya tidak dapat menerima kritik dengan baik. Saya biasanya marah bila seseorang mengkritik tingkah laku saya.


Berikan satu angka untuk setiap jawaban betul, kemudian jumlahkan nilai yang kamu peroleh:

Nilai 0-4 menunjukkan tingkat kenyamanan kita untuk mengungkapkan perasaan dan pendapat, dan juga menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Kalau kamu menjawab betul pada beberapa pertanyaan di atas, mungkin kamu memiliki hambatan untuk bersikap asertif di satu bidang, tetapi tidak punya masalah di bidang lain. Periksa lagi pertanyaan tadi, dan pelajari situasi yang membuat kamu merasa tidak nyaman. Perbaiki situasi ini dulu untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.

Nilai antara 5-10 menunjukkan adanya perasaan tidak nyaman untuk meminta apa yang kamu inginkan, kesulitan menolak sesuatu yang tidak kamu inginkan dan keengganan untuk mengungkapkan perasaan.

Nilai 11-15 menunjukkan bahwa kamu punya kesulitan besar untuk bersikap asertif dalam berbagai situasi. Asertivitas bukan hanya menyangkut bagaimana memperoleh apa yang kamu inginkan, melainkan juga berkomunikasi efektif dan tidak mudah mengiyakan begitu saja hal-hal yang sebetulnya tidak kamu sukai. Masalah serius dari ketidakmampuan bersikap asertif dapat mengakibatkan kita mudah dimanfaatkan orang lain. Hal ini juga merupakan tanda-tanda problem kepribadian yang serius dan mungkin membutuhkan Terapi Otak dengan para profesional.

Nah, teman-teman, walaupun dalam bersikap asertif memang kadang-kadang sulit untuk menjaga keseimbangan antara menyatakan pendapat, keinginan dan perasaan kita dengan tetap menghormati dan bertenggang rasa terhadap orang lain, tapi kita bisa terus berusaha semampu kita. Lama-lama kita akan terbiasa, dan kebiasaan positif ini akan terbawa sampai kita dewasa kelak. Okay? Salam!

* Guntoro Utamadi dan Paramita Muljono

{ Dapatkan CD terapi gelombang otak untuk mempercepat penyembuhan penyakit & menjaga kesehatan,klik link di bawah ini....}
Sumber : www.gelombangotak.com/mempercepat_penyembuhan_penyakit.htm

Label: , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda